Pembelajaran Berbasis Multimedia Animasi
Seiring dengan meningkatnya pemberdayaan teknologi oleh manusia, maka tidak bisa dipungkiri bahwa hampir di setiap aspek kehidupan teknologi menjadi media bantu. Ada beberapa keunggulan teknologi yang menyebabkan menjadi pilihan manusia. Pertama adalah karena nilai kegunaan tinggi. Pemakaian telepon untuk berkomunikasi atau bahkan email untuk bertukar informasi lebih menjadi prioritas saat ini. Selain itu, nilai efisiensi dari pemanfaatan teknologi juga tinggi. Sepeda motor, bahkan mobil tentunya memiliki nilai lebih cepat dan efisien untuk mencapai suatu lokasi yang jauh dibandingkan dengan sepeda. Salah satu teknologi yang sering dibicarakan saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi tidak sebatas penggunaan internet saja, tetapi juga media-media yang membantu kelancaran informasi, seperti teknologi presentasi, multimedia, dan e-books.
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pengelolaannya tidak bisa dilaksanakan sembarangan karena terkait dengan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa dan keberlangsungan generasinya pada masa depan. Di negara kita, Indonesia, pengelolaan pendidikan belum terlaksana secara optimal. Penulis menganalisa hal tersebut dari sudut pandang pemberdayaan teknologi di dalamnya.
Selama ini, belajar hanya diartikan sebagai proses penyampaian ilmu dari guru kepada siswanya. Umumnya media yang digunakan adalah mendengar, mencatat, dan mengerjakan tugas dari buku paket atau lembar kerja. Budaya seperti ini cenderung mendorong siswa bersifat pasif, maksudnya mereka tidak bisa membangun pemahaman sendiri. Untuk proses belajar tersebut diperlukan aktivitas berdiskusi intensif dan pengkaitan kongkret antara ilmu yang diajarkan dengan realita di lapangan. Dapat juga terjadi keengganan siswa dalam mencatat karena materi pelajaran yang tidak dikemas dengan menarik, hanya mendengarkan dan mencatat.
Oleh karena itulah, sistem pengajaran yang ada harus dibenahi. Dari awalnya sistem konvensional seharusnya menjadi sistem modern. Penulis mengajukan multimedia animasi sebagai media untuk membantu penyampaian materi dari guru ke siswa. Jenis multimedia lainnya adalah teks, gambar atau citra, audio dan video. Penggunaan multimedia animasi dipilih karena memperhatikan aspek kemudahan dalam pembuatannya bagi guru. Dibandingkan jenis multimedia lain, animasi memiliki keunggulan untuk bisa divisualisasikan dengan efek menarik, tetapi proses pembuatannya tidak begitu rumit.
Secara umum, multimedia ini juga bermanfaat untuk siswa dapat mengulang materi pelajaran dari sekolah dengan bahan yang sama. Siswa tinggal meng-copy dari komputer guru atau men-download dari situs khusus yang dibuat sekolah. Waktu belajarnya pun bisa disesuaikan dengan kondisi siswa bersangkutan. File-file tersebut juga bisa dijadikan sebagai repositori data. Artinya ketika nanti akhir semester siswa ingin me-refresh materi, dapat langsung membuka di komputernya dan melihat kembali materi yang pernah diajarkan. Sebagaimana telah disebutkan di atas, siswa perlu membangun pemahamannya sendiri terhadap suatu materi yang diajarkan. Multimedia animasi dapat menyajikan materi konsep awal saja, tetapi menjadi modal pokok bagi siswa untuk mengembangkan pemahaman sendiri. Di animasi itulah nanti siswa diberikan pertanyaan untuk tugas dan diskusi.
Bagi guru sendiri, adanya animasi dapat membiasakan guru menmbuat konsep pengajaran yang lebih terstruktur. Berdasarkan studi kasus yang ada, pernah dibuat sebuah animasi materi limit untuk mahasiswa oleh sebuah perguruan tinggi di Amerika. Materi awalnya adalah pemahaman konsep tentang kontinuitas dari sebuah kurva dengan analogi mobil yang mengikuti alur jalan. Dengan analogi tersebut, mahasiswa dapat lebih memahami prinsip kontinuitas tanpa perlu mendengarkan penjelasan panjang lebar dari dosen. Penulis kira hal ini pun dapat diterapkan kepada mahasiswa karena materi yang diajarkan pun merupakan materi yang ada pada siswa SMA.
Untuk mengawali budaya belajar berbasis multimedia animasi, memang diperlukan waktu dan usaha yang sungguh-sungguh dari semua pihak, khususnya dari pihak pemerintah dan guru pengajar. Guru pengajar inilah yang akan membuat sendiri media animasi karena tiap sekolah memiliki karakteristik yang berbeda. Kendala yang masih umum terjadi saat ini adalah masih terbatasnya sarana komputer dan minimnya kemampuan guru dalam pembuatan animasi. Akan tetapi, jika hal ini yang terus menjadi alasan maka percepatan pendidikan sulit untuk menjadi realita.