Artikel Januari 07

Mengelola Teknologi secara Tepat

Patut disyukuri ketika para pemimpin negeri ini mulai memperhatikan pengembangan teknologi bagi rakyatnya. Beberapa waktu lalu pemerintah telah membuka jalan bagi berdirinya PLTN di Indonesia dengan menandatangani MoU dengan pemerintah Korea Selatan untuk mensosialisasikan rencana pembangunan PLTN. Kerjasama ini patut disyukuri karena dengan sosialisasi, masyarakat akan lebih mengetahui manfaat, efisiensi dan efektivitas nuklir dibandingkan batubara dan minyak bumi yang sekarang dikonsumsi.

Tidak hanya terbatas dalam teknologi nuklir, teknologi informasi dan komunikasi juga menjadi fokus lain pemerintah. Program pengadaan internet di sekolah-sekolah adalah contohnya. Dengan PT Telkom Indonesia sebagai pelaksananya, program ini menargetkan sekolah-sekolah di seluruh daerah, baik kota dan desa, tersedia akses internet bagi peserta didiknya. Diharapkan dengan adanya internet ini, siswa akan memperoleh informasi yang lebih luas dan lengkap untuk mengembangkan kreativitas belajarnya. Dari akses komunikasi, handphone dan media elektronik seperti televisi bukanlah sesuatu yang mewah karena hampir tiap orang memilikinya. Kepemilikan keduanya menunjukkan bahwa masyarakat tidak asing lagi berinteraksi dengan teknologi.

Namun, di tengah situasi menggembirakan ini tersimpan suatu kekhawatiran. Masyarakat Indonesia faktanya belum dapat menggunakan berbagai hasil tekonologi ini secara baik. Televisi yang seharusnya menjadi sumber informasi, karena berita-berita dari dalam dan luar negeri dapat disaksikan secara aktual, ternyata tidak digunakan sebagaimana mestinya. Masyarakat lebih senang menonton acara sinetron, infotainment, film, ataupun reality show. Bukan berarti keliru menyaksikan tayangan bukan berita, melainkan masyarakat kita faktanya tidak memberikan proporsi yang tepat untuk tiap acara tersebut.

Pengawasan juga menjadi problem lain dalam pemanfaatan media berbasis teknologi di Indonesia. Orang tua kurang bisa mengawasi anak-anaknya dalam menonton televisi. Sang anak terkesan dibiarkan saja melihat berbagai acara yang dia suka. Padahal, selektifitas tontonan sangat penting. Apalagi, bagi anak yang masih dalam proses pengenalan lingkungan. Akibat dari salah pengawasan ini adalah maraknya aktivitas anak-anak yang meniru apa yang ia tonton di televisi. Kasus Smack Down, bunuh diri, pelecehan seksual adalah contoh kasus karena televisi. Fakta ini sangat mengagetkan karena hampir semua orang tidak menyangka efek tayangan di televisi sangat fatal.

Tidak hanya televisi ternyata yang disalahgunakan. Alat komunikasi handphone pun ditambahkan fungsinya oleh masyarakat kita. Tidak hanya untuk berkirim SMS dan menelepon, handphone adalah sarana yang cukup representatif untuk merekam adegan mesum dan menyebarkannya lewat bluetooth maupun infrared. Hal ini sangat mungkin terjadi karena tidak ada pembatasan penggunaan handphone. Dari berbagai media yang ada, mungkin internet yang paling riskan disalahgunakan. Ada dua penyebabnya, pertama internet dapat diakses kapan saja dan kedua, internet tidak mengenal batasan usia dalam penggunaannya. Bukan menjadi rahasia umum lagi ketika anak-anak muda yang datang ke rental warnet sering mengunjungi situs-situs porno, sekedar melihat gambar hingga men-download foto-fotonya untuk koleksi.

Tampaknya, masyarakat kita begitu kreatif dalam menggunakan media teknologi. Namun, kreatifitas ini salah jalur. Dari berbagai contoh kasus di atas, jelas tercermin pemahaman pengelolaan teknologi belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Padahal, poin inilah yang seharusnya menjadi prioritas. Komunitas yang mengerti teknologi tapi tidak mampu mengelolanya dengan baik, maka tekonologi itu akan menjadi pedang yang akan memusnahkan komunitas itu. Faktanya, bangsa ini sedang mengikuti arus tersebut.

Memang tidak mungkin pemerintah membatasi penggunaan handphone, televisi, bahkan internet. Akan tetapi, pemerintah juga tidak boleh diam berpangku tangan menyaksikan rakyatnya tertelan oleh teknologi itu sendiri. Ada beberapa hal konkret yang bisa dilakukan pemerintah, paling tidak meminimalkan dampak buruk dari teknologi. Secara umum, masyarakat harus disadarkan dengan sosialisasi secara intensif bahwa teknologi harus dikelola supaya bermanfaat. Mekanismenya melalui tingkatan struktur yang paling dekat dengan masyarakat yaitu RT. Pemilihan RT ini mengingat RT adalah komunitas komunikasi yang paling sering digunakan warga. Gerakan ini akan lebih efektif ketika sifatnya nasional yang menunjukkan bahwa pemerintah memang benar-benar serius memperhatikan pengelolaan teknologi secara tepat. Secara lebih spesifik, jika pemerintah serius dalam program ini, akses internet di Indonesia dapat dilakukan pemblokiran massal untuk seluruh situs-situs yang diindikasikan menyebarkan pornografi. Untuk pengelolaan televisi dan film dilakukan sensor yang lebih ketat serta penjadwalan ulang seluruh acara di televisi.

Banyak orang mungkin menganggap bahwa solusi di atas mungkin terlalu ketat dan tidak sesuai jika diterapkan karena mengganggu kebebasan pribadi dan mengurangi pendapatan pengelola televisi serta produsen film. Namun, dengan langkah ini, sekali lagi, paling tidak meminimalkan kekeliruan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi, khususnya di bidang informasi dan komunikasi. Tentunya ini tanggung jawab ini tidak terletak di bahu pemerintah saja. Selaku masyarakat, kita juga memiliki peranan dalam menyukseskan program ini. Seketat apapun aturannya, perlu diketahui pula, akses pemanfaatan teknologi secara benar tergantung dari penggunanya. Individu-individu yang tidak menyadari pentingnya memanfaatkan teknologi secara tepat akan terkesan cuek dan mengacuhkannya. Jadi, tidak ada kata tunda lagi untuk menyadarkan masyarakat tentang pemanfaatan teknologi secara tepat selain saat ini juga.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s