Memahami Makna Penyelengaraan MTQ di Kota Tegal
Tiap tahun, kegiatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) rutin diselenggarakan di Kota Tegal. Penyelenggaraan MTQ ini tentunya bagi kita, masyarakat Kota Tegal, diharapkan mampu memberikan secercah harapan bagi penanaman kembali nilai-nilai Quran di lapisan masyarakat.
Penulis sendiri selaku salah seorang warga Kota Tegal sangat mengharapkan bahwa kegiatan ini bukan hanya sekedar seremonial saja. MTQ adalah momentum yang tepat untuk menumbuhkan kembali semangat keislaman yang saat ini sedang mengalami masa krisis, di mana Al Quran hanya sebatas di tenggorokan, belum menyentuh qalbu. Semangat baru inilah yang akan menanamkan kembali nilai-nilai Islam di kalangan umat di kota Tegal.
Paling tidak penulis menganggap ada tiga pihak yang menjadi harapan bagi bergeraknya kembali roda-roda Islam di kota ini. Pertama, yaitu Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal. Pemkot sebagai ‘amir (pemimpin) bagi masyarakat hendaknya lebih memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi penyelenggaraan kegiatan keislaman di kota Tegal. Event-event keislaman dipermudah pelaksanaanya dan juga dibantu publikasinya kepada masyarakat kota Tegal. Pembangunan dan pengembangan sarana-sarana ibadah juga merupakan hal penting yang patut menjadi perhatian bagi pemerintah.
Selain itu, yang dirasakan paling penting adalah perlunya kebijakan-kebijakan yang lebih aspiratif terhadap umat Islam dan sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Langkah-langkah pemerintah dalam kebijakan ini sudah dimulai saat ini yaitu di antaranya dengan adanya kajian di internal pemkot sendiri setiap bulannya. Diharapkan acara tersebut menjadi salah satu pembekalan yang baik bagi para pegawai yang bekerja di lingkungan pemkot supaya suasana dan semangat kerja lebih baik lagi. Tentunya masyarakat juga menantikan lahirnya kebijakan-kebijakan berikutnya.
Kedua, pihak sekolah sebagai sentra pendidikan formal. Sekolah menjadi tumpuan supaya mampu memberikan pendidikan keagamaan yang benar-benar dapat membentuk siswa-siswinya lebih memahami makna dan hakikat agama itu sendiri. Selama ini, terkesan pelajaran agama di sekolah bagi siswa semata-mata untuk bisa memperoleh nilai yang baik saat diadakan ujian.
Peran serta sekolah dalam pendidikan agama misalnya dengan menyediakan fasilitas ibadah, pengadaan buku-buku Islam, dan dukungan terhadap kegiatan keislaman di lingkungan sekolah. Peran lainnya adalah menjadikan Bapak dan Ibu Guru sebagai seseorang yang digugu dan ditiru dengan sikap dan perbuatan yang berdasarkan akhlakul karimah.
Pendidikan agama menjadi hal penting dan sangat mendasar karena intelektualitas yang tidak diserasikan dengan nilai agama akan membentuk siswa yang cerdas, tetapi tak berakhlak. Akibatnya adalah situasi seperti saat ini di mana orang-orang pandai menindas mereka-mereka yang sengsara. Mungkin inilah yang disebut sebagai imperialisme modern.
Pihak terakhir adalah masjid. Pendayagunaan masjid saat ini masih belum optimal. Pengurus masjid umumnya “terjebak” pada penyelenggaraan seremonial keagamaan ataupun pada momen-momen tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, dalam memberdayakan masjid. Seharusnya, masjid dapat diberdayakan lebih dari itu. Fungsi masjid yang utama memang menjadi tempat beribadah (shalat, i’tikaf) bagi umat Islam. Namun, ada fungsi lain yang terkait dengan pendidikan umat Islam.
Untuk memakmurkan masjid, pengurus dan masyarakat dapat membuat kajian rutin tiap pekan. Supaya lebih efektif, kajian ini dapat dibuat menjadi beberapa kategori, yaitu untuk bapak-bapak, kajian untuk ibu-ibu, dan kajian untuk remaja. Bahan kajian juga harus menjadi pertimbangan. Dengan bahan yang menarik tentunya masyarakat lebih tertarik untuk mengikutinya.
Bahan isian ini dapat dimusyawarahkan dengan ulama-ulama setempat. Selain bahan kajian, dapat ditentukan juga para pengisinya. Dengan adanya rancangan ini, kajian yang dilaksanakan akan menjadi lebih sistematis dan menarik.
Bagi anak-anak yang berada di lingkungan masjid, harus juga disediakan sarana-sarana untuk proses penanaman pendidikan agama sejak dini. Pengurus dapat menyelenggarakan semacam Taman Pendidikan Al Quran setiap sorenya. Guru-guru pengajarnya dapat diambil dari masyarakat sekitar yang memiliki kemampuan baca tulis Al Quran yang baik dan juga pemahaman agama yang lurus.
Dengan diramaikannya masjid dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pembentukan nilai keagamaan akan mampu memberikan warna cerah di lingkungan masjid. Masjid pun akan lebih bermanfaat dan mampu dirasakan keberadaannya oleh masyarakat sekitar.
Tentunya harapan dan langkah-langkah di atas akan lebih bermanfaat apabila dilaksanakan dengan konsekuen oleh kita semua sebagai umat Islam. Penanaman nilai Al Quran dimulai saat ini akan menjadi sebuah investasi besar dalam pembentukan generasi muda berakhlak mulia dan berintelektual tinggi. Dari generasi inilah diharapkan krisis bangsa ini akan tuntas diselesaikan hingga kita tidak terlarut dalam kenistaan ini semakin dalam.
Al Quran juga bukan hanya menjadi sebuah kitab suci yang kita baca setiap hari, melainkan kita gunakan pula sebagai sebuah petunjuk dan pembeda antara yang hak dan bathil (Al Baqarah 186). Semoga ini bukan retorika belaka. Insya Allah.
tlg bls respons rani, lwat email admirer_15@plasa.com