Risalah Paris (part II)

Setelah beristirahat sejenak di hotel, kami putuskan untuk segera melancong. Hehehe. Soalnya, besok Minggu sudah dimulai conference-nya. Tujuan awal adalah menara Eiffel. Setelah membaca peta wisata yang diambil dari bandara, lumayan jauh jaraknya dari metro terdekat dari hotel. Ada 10 stasiun metro yang harus dilewati. Stasiun Bir Hakiem, tujuannya. Kami berangkat selepas shalat Dzuhur. Dan waktu Dzuhur di Paris adalah 13.52. Lagi summer soalnya. Ashar malah jam 6 sorean. Hehehe…

Eiffel sedang penuh-penuhnya ternyata. Banyak orang berkumpul. Dan waktu ngeliat Eiffel pertama kali sempat muncul rasa kagum. Tapi, cuma sesaat. Kok kayaknya biasa aja ya?? Cuma bangunan menara yang tinggi doang. Hmm, tapi mungkin karena nilai historis dan Parisnya, kenapa orang begitu ingin datang ke sini. Standar lah di sana. Poto sana poto sini. Sekedar mengabadikan bukti visual historis, bahwa dulu saya pernah ke sini. Hihihi… Oh ya, di depan Eiffel ada sungai Sheine. Lebar. Bersih. Bagus lah. Ada air mancur juga di seberang Eiffel. Kelihatannya sih gedung pemerintahan. Belum sempat ke sana karena badan sudah sangat lelah. Jet lag, istilah kerennya 😀

Kami pulang ke hotel setelah cukup puas membeli beberapa suvenir di kios pinggir paris. Beli sekedarnya aja. Buat keluarga besar. Di hotel, sempat online sebentar. Mengecek email dan memberitahukan kondisi kepada keluarga. Oh ya, sebelumnya sempat bermasalah dengan koneksi listrik. Lubang listrik di Paris berbeda dengan di Indonesia. Ada semacam lempengan besi kayak paku di lubang buat colokan. Colokan laptop pun tak bisa masuk. Alhamdulillah, ditunjukkin suatu toko sama petugas hotel yang menjual aneka macam barang, semacam toko kelontong gitu. Harganya lumayan mahal untuk ukuran colokan bagi kantong orang Indonesia, 2,95 euro (40-an ribu). Tapi, demi kelangsungan hidup untuk tetap terkoneksi dengan dunia maya, dibeli juga lah colokan itu, hehehe…

Minggu pagi pun tiba. Inilah hari pertama conference dimulai. Kami memutuskan berjalan kaki ke hotel tempat acara. Tak terlalu jauh dari hotel, sekitar 25 menit perjalanan. Letaknya tidak jauh dari stasiun metro keberangkatan awal menuju ke Eiffel. Deg-degan karena ini event internasional pertama yang kami ikuti. Apalagi mengingat banyak ketidaktahuan kami tentang materi seminar. Saya pribadi sih mencoba membesarkan hati dan nyali. Meski semuanya serba ngepas, mudah-mudahan bisa dapet ilmu yang banyak dari acara ini. Aamiin… Dengan pedenya, melangkah masuk ke hotel mewah tempat acaranya, menuju ruang registrasinya. Sudah cukup ramai ternyata. Muka-muka bule, cina, dan india yang mendominasi. Cukup minder juga. Apalagi melihat tampilan mereka yang tenang, elegan, dan percaya diri.

Pengurusan registrasi pun beres. Agenda hari pertama adalah tutorial dan workshop. Di sesi pertama, kami memutuskan mengikuti workshop “Statistical and Relational Learning and Mining in Bioinformatics”. Namanya aja udah bikin keder, hahaha… Dan, fakta ternyata membuktikan “iya” :). Di dalam ruangan itu, kami mencoba mendengarkan dengan seksama apa yang dipaparkan, membaca kembali papernya, menelaah, dan hasilnya tetep “masih belum mudeng” :D. Akhirnya, setelah break makan siang, kami beralih ke tutorial “New Directions in Data Quality Mining”. Alhamdulillah, di tutorial ini kami cukup paham apa yang disampaikan oleh pemateri. Puas lah. Kalo dikasih range antara 1-10 untuk tutorial ini, kita kasih nilai 8!! hahaha…

Oh ya, di acara ini kami ketemu dengan orang Indonesia yang mewakili kampus di Singapore untuk presentasi paper ilmiahnya. Keren banget!!! Namanya David Lo. Sayang, orang sepintar beliau ini sudah menghabiskan waktu dari S1-S3-nya sekarang di kampus Singapore. Inilah fenomena “Brain Drain”. Dan masih ada ribuan, puluhan ribu David Lo-David Lo yang lain. Ketika negara tidak lagi bisa memberikan alokasi, proteksi, dan proporsi yang tepat dan memadai untuk orang-orang seperti beliau, kita tinggal menunggu waktu saja melihat migrasi otak-otak brilian meninggalkan bangsa ini. Mungkin yang tertinggal adalah mereka yang masih kuat idealismenya, yang percaya bahwa tangan-tangan mereka masih bisa menghasilkan karya-karya agung untuk bangsa yang dicintainya.

Hari pertama ditutup dengan Award Presentation untuk pengirim paper terbaik, pemenang lomba, dan beberapa penghargaan lainnya. Dari beberapa pemenang penghargaan itu, saya sangat terkagum-kagum dengan Jure Leskovec. Dia ini mendapat penghargaan “Dissertation Award”. Padahal usianya masih sangat muda. Kalo dilihat dari roman wajahnya, begitu bersemangat, santai, tenang, bukan “wajah orang pintar” ala Indonesia, hahaha… Bahkan, kalo jadi artis, kayaknya juga pantes tuh!! Ketika maju ke podium untuk menyampaikan hasil disertasinya, dia hanya menggunakan kaos biasa!! Casual banget lah!! Bener-bener gak seperti orang Indonesia yang selalu pengen sok rapi di forum-forum resmi. Ternyata kesantaiannya tidak berbanding lurus dengan isi kepalanya. Pemaparannya tenang serta jelas. Orang yang baru terlibat di dunia data mining seperti saya pun lumayan memahami gagasan yang disampaikan. Maka berkomitmenlah saya, haruslah saya mampu berdiri di sana tak lama lagi, menunjukkan kepada dunia, bahwa kami, orang muslim, orang Indonesia, punya prestasi! Insya Allah…

Di hari kedua, jadwal conference sudah dipenuhi dengan presentasi paper hasil research. Puyeng juga baca judul-judulnya. Hahaha. Tapi menyenangkan lah. Di hari kedua ini, tercetus ide untuk melihat Eiffel di malam hari. Kayaknya memang belum puas kunjungan siang yang lalu. Dan lagi, melihat Eiffel malam hari keren juga kayaknya, hehehe. Maka setelah konferensi, kami pun harus menunggu sampai hari berganti gelap. Kami baru keluar hotel sekitar jam 10,30, karena memang maghrib baru sekitar jam 10. Sampai di Eiffel sekitar jam 11.30 malam. Alhamdulillah, ternyata antrean untuk naik ke atas Eiffel tidak seramai ketika siang hari. Akhirnya kami memutuskan untuk naik ke atas. Subhanallah… luar biasa pemandangan Paris dari atas Eiffel. Kerlap-kerlip lampunya. Udaranya. Rasanya. Mantabs. Saat sedang menikmati, tiba-tiba petugas penjaga memanggil-manggil, berteriak bahwa Eiffel akan tutup. Sudah jam 12.30. Maka, semua pengunjung pun turun, termasuk kami di dalamnya.

Kami pun berniat kembali ke hotel. Sesuai dengan informasi sebelumnya yang diterima, metro terakhir adalah pukul 2 malam. Kami pun tidak terlalu terburu-buru mengejar metro, karena waktu dirasa masih mencukupi untuk berjalan dari Eiffel menuju stasiun. Tidak kami sadari, peristiwa yang kami hadapi setelah ini adalah peristiwa yang tidak akan mungkin terlupakan sampai kapanpun. Tunggu saja part III-nya, prikitiuwww… 😀

1 thought on “Risalah Paris (part II)

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s