Aku tak tahu berapa lama tepatnya kita resmi berpisah sebagai keluarga di komunitas itu. Sudah hampir 2 tahun, tampaknya. Terkadang rindu menyelami masa-masa itu lagi. Tapi ah, bukankah kita dididik bukan untuk lama mengenang atas yang sudah terjadi? Karena gemblengan itu nyata-nyata mengharapkan kita jadi pribadi tangguh pada masa yang akan datang. Masa di mana kita diuji benar-benar tentang lantangnya teriakan kita atas ketidakadilan, tentang cita-cita yang tertanam kuat-kuat, bahwa Indonesia masa depan haruslah jauh lebih baik dari saat ini.
Dan waktu pun sedang menguji kita. Saat kita memiliki dunianya masing-masing. Aku di sini dan kalian di sana. Mungkin masih tertatih karena faktanya dunia luar tak seindah kampus ataupun mimpi ideal kita. Dan di antara kita pun telah ada keluarga baru. Ada yang masih memperjuangkannya. Ada yang masih menangguhkannya. Bukan untuk waktu yang lama atau bukan karena tanda kelemahan nyali. Tapi, mungkin ada prioritas yang harus didahulukan. Tak perlulah itu diperdebatkan. Karena toh kita masih setia pada satu tujuan. Andainya pun caranya berbeda, toh kita sudah terbiasa dengan “berbeda dalam sarana”.
Pastinya, pada masa-masa berikutnya, tantangan yang akan kita hadapi jauh lebih berat dari saat ini. Dan tempo itu, saat kita punya kelebihan; harta, kekuasaan, kesempatan; itulah sebenar-benarnya ujian yang kita nantikan. Apakah idealisme itu masih kukuh? Apakah kesederhanaan itu lantas lenyap? Apakah kita tak ubahnya seperti mereka yang hanya berbuat dan berkuasa untuk diri mereka dan keluarganya sendiri? Aku tak berani menjawabnya kawan. Karena saat ini kita masih bukan siapa-siapa. Pun masih sedikit yang bisa kita lakukan. Meskipun kerja-kerja itu adalah rangkaian anak tangga untuk mencapai cita.
Tak banyak harapku kepadamu. Selain agar selalu teguh kepada komitmen itu. Janganlah sungkan untuk keras menampar kala yang lain khilaf. Karena kita sadar bahwa kita bukanlah kumpulan malaikat ataupun nabi. Dan teruslah bersihkan niat tulus ini, bukan mengharap dari manusia, bukan harta benda atau imbalan lainnya, bukan pula popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Harapan kita adalah terbentuknya Indonesia yang lebih baik dan bermartabat serta kebaikan dari Allah Pencipta alam semesta.
*Untuk diriku dan para ksatria angkatan 3. Semoga Allah selalu membimbing kita, kawan. Aamiin…*