Burung kenari ini sudah ada di rumah sejak setahun lalu. Kicauannya menyenangkan. Setiap pagi suasana rumah ceria. Kami pun sudah merasa ada ikatan dengannya. Saat ada anggota rumah yang datang, burung itu langsung menyambut dengan kicauan ramainya. Berisik. Namun, kami senang.
Di balik matinya burung kami itu, saya belajar tentang sikap saat kehilangan. Bahwa tak pernah ada yang abadi di dunia ini. Apapun bentuknya. Motor yang saya naiki, pasti akan rusak suatu waktu nanti. Demikian juga dengan laptop, tas, buku, juga burung kenari yang baru mati tadi pagi. Dan kita memang harus siap mengikhlaskannya. Kapan saja. Seperti doanya Abu Bakar ra yang meminta supaya “dunia itu berada di tangan, bukan di hati”.
Dan suatu saat pun saya akan hilang. Ibu, bapak, adek, teman, paman, bibi, dan orang-orang yang kita cintai. Bahasa kita menyebutnya, mati. Entah kapan. Entah bagaimana caranya. Saya pun tak tahu. Itu bukan domain prerogatif saya. Dan jauh lebih penting adalah mempersiapkan apa yang akan kita bawa ketika kita “hilang” dari dunia ini. Sudah cukupkah amal? Sudah cukupkah ilmu?
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” [Al Baqarah: 155-156]
Kayaknya kl tikus gk mungkin manjat2 sangkar yg gelantungan di atas sana deh 🙂
Kok nggak dibahas cara-caranya biar bisa ikhlas total?? Hehe..
Ya Allah ajari saya arti ikhlas..
hmmm, ini tikus manteb nih. udah terlatih kayaknya. mantan pasukan elit tikus kayaknye 😀
cara ikhlas monggoh ditanyakan ke ustadz-ustadz yang lebih berkompeten. saya mbantu ndorong aja biar nanya 🙂
aamiin, sama-sama ya Allah, ajari kami semua, umat Islam di bumimu ini untuk bisa ikhlas…
That’s not easy, bro… Kalo udah terlanjur menggenggam dunia dengan hati gimana?
memang gak gampang. kudu tegas. kalo sudah menggenggam dunia dengan hati, ya ada dua cara ngingetinnya. dengan perlahan. atau dengan keras. supaya dia tahu. dan tugas kita hanya mengingatkan