Semoga ini hanya terjadi pada diri saya.
Peristiwa ini terjadi beberapa kali, mungkin lebih tepatnya berulangkali, ketika saya menjadi makmum sholat berjamaah di masjid. Imam sholat tersebut setelah membaca Al Fatihah, hampir selalu membaca tiga surat berawalan “qul”. An-Naas, Al-Falaq, dan Al Ikhlash.
Sungguh, bukannya tidak menyukai ketiga surat tersebut. Saya hanya bertanya-tanya, mengapa hanya tiga surat itu yang selalu dibaca? Bukankah ada ribuan ayat Quran lainnya yang juga sama luar biasa maknanya. Yang berkisah tentang nabi Yusuf. Yang bertutur tentang luar biasanya Musa melawan kediktatoran Firaun. Yang berwasiat tentang hukum nikah, hukum waris, dan hukum qishash. Yang bercerita tentang hikmah lebah, laba-laba, dan semut. Dan masih banyak hikmah lainnya.
Saya khawatir, jangan-jangan kemandegan bacaan Quran di sholat kita memang menunjukkan bahwa umat ini masih enggan menghafal Quran. Padahal menghafal adalah level berikutnya setelah membaca. Atau jangan-jangan, di taraf membaca pun kita sudah gagal berantakan. Sehari pun tidak kita sentuh mushaf Quran itu. Jauh lebih asyik berkarib dengan facebook, twitter, email, buku kampus, juga dokumen pekerjaan.
Kebiasaan menghafal Quran ini nampaknya bukan dagangan laris hari ini. Yang jauh lebih dikejar adalah bagaimana bisa menghafal rumus geometri, tips trik mengerjakan soal uas, snmptn, atau tes-tes lainnya. Yang lebih diutamakan adalah bagaimana bekal duniawi yang harus terus-menerus ditumpuk. Bahkan kalau perlu, cucu kita pun tak perlu kerepotan memikirkan masa depan karena kebutuhannya sudah kita persiapkan sekarang.
Ketika di level menghafal saja kita sudah kelabakan, kita akan jauh lebih kepayahan memahami arti, tafsir, dan makna Al Quran. Buku yang harusnya jadi pedoman hidup kita. Tidak hanya untuk akhirat. Tetapi, juga untuk dunia.
Semoga ini hanya salah duga belaka.