Keadilan Takdir

Pernahkah berpikir bahwa hidup ini tak adil? Atau Tuhan benar-benar tak pernah memihak kita dalam beberapa fragmen hidup kita? Sudah berapa kali kita mengutuki takdir? Bersungut-sungut terhadap keadaan? Muak kepada perasaan tak didengar doanya?

Tere Liye menggambarkan fenomena ini dengan apiknya. Melalui bukunya, “Rembulan Tenggelam di Wajahmu”, ia menuturkan gambaran dari seseorang yang tertatih-tatih memikirkan jawaban dari lima pertanyaan yang mengganggu hidupnya. Kisah dari seorang anak yatim piatu, yang terdampar dalam haru biru drama kehidupan. Getirnya jalanan pernah ia jalani. Menjadi penjahat pun ia lakoni. Hingga takdir menuntunnya kepada kebahagiaan. Menjadi pengusaha besar dengan istri yang begitu sempurna, mencintainya sepenuh hati, dan ia pun mencintainya.

Namun, takdir baik nampaknya tak bersahabat dengannya. Tak lebih dari enam tahun ia merasakan manisnya hidup. Karena takdir merenggut nyawa istrinya, beserta anak di rahimnya. Ia putus asa. Menggugat Tuhan. Hingga kemudian takdir baik dan buruk bergantian menghampirinya. Hingga menjelang ajalnya, dibukalah tabir atas kelima pertanyaan itu.

Dari buku ini, kita akan memahami. Betapa takdir hidup adalah sebab-akibat. Perubahan kehidupan seseorang mempengaruhi orang lain. Demikian seterusnya. Saling mempengaruhi. Saling berinteraksi. Bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna. Sungguh indah. Sama sekali tidak rumit.

Berkali kita bertanya, mengapa Tuhan memudahkan jalan bagi orang jahat? Mengapa Tuhan justru mengambil kebahagiaan dari orang-orang baik? Itulah bentuk keadilan langit yang tidak akan pernah kita pahami secara sempurna. Beribu wajahnya. Berjuta bentuknya. Hanya satu cara untuk berkenalan dengan bentuk-bentuk itu. Selalulah berprasangka baik.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s