Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta.” [AL QASHASH: 38]

Episode dakwah nabi Musa penuh dengan berbagai pelajaran bagi kita. Firaun adalah penjelmaan dari sosok yang punya kekuasaan dan kekayaan. Dengannya ia berlaku sewenang-wenang di muka bumi. Suatu masa datanglah ke hadapannya, seseorang dari golongan bangsa yang hina saat itu. Lantas menyampaikan pengingatan kepadanya supaya menghentikan kepongahannya dan kembali kepada Tuhan yang sebenarnya.

Marahlah Firaun! Berani benar seorang rendahan mengingatkan rajanya. Maka, disiapkanlah perlawanan kepada Musa dan kaumnya. Dikejarlah mereka. Namun, Allah jauh lebih berkuasa dibandingkan Firaun. Ditenggelamkannya Firaun dan bala tentaranya ketika pengejaran itu terjadi.

Tanpa sadar, saat ini mungkin kita telah menjadi Firaun. Dengan berbagai atribut kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan yang melekat. Hingga pengingatan untuk beramal baik atau meninggalkan kemungkaran lantas kita abaikan. Bahkan, kita memicingkan mata terhadap para pengingat itu. Mereka tak jauh lebih kaya, tak jauh lebih terhormat, tak jauh lebih pandai. Jadi, tak pantaslah mereka-mereka itu mengingatkan kita.

Kita patut khawatir kalau benar demikian adanya. Perlahan, kita telah disusupi kesombongan dan kepongahannya Firaun. Semoga tak terlambat untuk menyadari. Kemudian segera memperbaiki diri.

*tulisan ini adalah tulisan keduapuluh dari tiga puluh tulisan yang seharusnya dipublikasikan ba’da ashar selama Ramadhan melalui facebook dan blog