Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [AL AHQAAF: 15]

Perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah kewajiban berikutnya setelah berbakti kepada Allah SWT. Bahkan kewajiban berbakti kepada orang tua tidak hilang seandainya orang tuanya bukan muslim. Ketidaktaatan kepada orang tua diperbolehkan jika beliau berdua memerintahkan kepada dosa dan kemaksiatan. Selain itu, harus ditaati. Jika pun pendapat kita berbeda dengan orang tua dalam hal kebaikan, perbedaan itu diselesaikan dengan cara bermusyawarah.

Ada salah satu pesan tersurat melalui ayat di atas. Bahwa Allah memerintahkan kepada para ibu untuk menyusui hingga 21 bulan setelah melahirkan. Perintah yang sampai saat ini jauh lebih sering diabaikan atas nama kesibukan, ketidaksempatan, keenganan dan alasan penghindaran yang lain. Padahal, perintah Allah jelas punya kebermanfaatan. Para ibu jauh lebih percaya dengan susu formula. Toh, dengan kerja sepekan, sekaleng susu formula tak jadi soal. Inilah realitas kehidupan kontemporer, saat perintah Allah mulai diabaikan setahap demi setahap.

*tulisan ini adalah tulisan keduapuluhenam dari tiga puluh tulisan yang seharusnya dipublikasikan ba’da ashar selama Ramadhan melalui facebook dan blog