Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik [AL HADIID: 16]
Saat membaca ayat tersebut, Ibnu Umar ra menangis tak henti-henti. Ayat itulah yang mengembalikan Malik bin Dinar, seorang manusia dzalim, kepada jalan kebaikan dan amal shalih. Dari barisan ayat di atas, khalifah Umar bin Abdul Aziz tersadar akan penundaannya untuk mengurus suatu perkara negara hingga waktu Dzuhur pada hari yang sama.
Beberapa orang shalih tersebut telah memahami benar makna ayat tersebut karena di dalamnya adalah sentilan keras kepada orang-orang beriman. Telah sejauh manakah ketundukan dan keimanan itu. Sebatas lisankah? Sebatas pemikirankah? Telah sampai manakah?
*tulisan ini adalah tulisan keduapuluhtujuh dari tiga puluh tulisan yang seharusnya dipublikasikan ba’da ashar selama Ramadhan melalui facebook dan blog