Demokrasi, Negara, dan Tuhan

Kalau menurutmu, Tuhan adalah penguasa tertinggi di alam raya, mungkin sekarang perlu kau koreksi keyakinanmu itu. Di negara demokrasi, Tuhan nyata-nyata tunduk pada hukum demokrasi. Tak boleh kau membawa-bawa Tuhan dalam acara negara. Kau bisa dituduh mengganggu stabilitas nasional, tak loyal pada negara, atau memporak-poranda pranata kerukunan masyarakat.

Tuhan cukup kau sebut dalam ibadahmu. Cukup sebatas di tempat ibadahmu. Bahkan, jika kau bisa, simpan rapat-rapat Tuhan di dalam laci di lemari paling sudut di dalam rumahmu. Tuhan cukup kau miliki sendiri. Ya, hanya untukmu.

Adalah tabu menyebut dan mengumbar Tuhan di ruang publik arena bernama demokrasi. Kau bisa didakwa tak toleran dan melanggar hak asasi manusia. Tuhan pun tak boleh kau ikut sertakan untuk menentukan apakah ini porno atau tidak, itu halal atau haram, demikian itu etis atau tidak.

Dalam demokrasi, acapkali kedudukan negara jauh lebih tinggi dan lebih mulia daripada Tuhan. Bahkan, Tuhan dipaksa manut dan nurut kepadanya.

5 thoughts on “Demokrasi, Negara, dan Tuhan

  1. Itulah bobroknya sist.demokrasi, say no to ‘demokrasi’, say yes to ‘kekhalifahan’…..

  2. karena Tuhan, yang satu, itu dipersepsi berbeda oleh masing-masing individu dalam masing-masing agama. maka ada demokrasi dan konsep sekularisme, karena tidak semua kita yang berbeda bisa nyaman dengan Tuhan yang juga berbeda kalau dibawa-bawa dalam negara. juga, siapakah kita manusia berani menafsirkan sekehendak Tuhan itu untuk penganut Tuhan yang lain yang hanya diyakini bukan dibuktikan?

    sekali ini kok saya berpendapat bahwa tulisan ini sepertinya tidak sematang biasanya. mohon bantuannya untuk dicerahkan, fif. 😉

  3. monggoh mbak balkis 😀

    hehe. saya berangkat dari keyakinan saya sebagai muslim bang yudi. bahwa harus kaffah (menyeluruh). kalau kehendak menafsirkan menurut tiap pemeluk agama, saya pikir sah-sah saja. saya sepakat, kita tidak boleh memaksakan pendapat itu untuk pemeluk agama lain. saya sepakat juga, kita punya koridor konstitusi di negara ini. kalo tidak sepakat, ya kita pake jalur konstitusi. menang pemilu. bikin aturan. dan sebagainya.

    kalo kematangan tulisan, saya yakin bang yudi jauh lebih matang dari saya. saya mung nulis. gak lebih 😀

  4. Pingback: Demokrasi, Negara, dan Tuhan « Raut Wajah

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s