Lagi. Saya tuliskan ulang tentang tweet saya di @akhdaafif. Semoga bermanfaat.
Assalamu’alaikum… Yuk dimulai lagi #ngaji nya 🙂 Seperti biasa kita buka dengan bismillahirrahmaanirrahiim. Semoga pada sehat, masih tetep bersyukur. Yang sakit, semoga tetep sabar, biar Allah makin sayang sama kita. Ingin berbagi tentang nasehat yang disampaikan di masjid kantor, habis dzuhur tadi. Sama hasil baca buku. Kompilasi lah :).
Jadi di suatu tempat, ada peneliti yang sedang mengecek penyebab suatu tempat atau desa, yang orang-orangnya jarang sakit. Peneliti ini menduga, pasti kebiasaan makan dan olahragalah yang membuat penduduk di tempat itu sehat, jarang yang sakit. Ternyata ada hal yang mengejutkan dari hasil penelitiannya itu. Betul makanan dan olahraga berpengaruh terhadap kesehatan. Tapi di tempat itu, ternyata kebahagiaan batin yang membuat masyarakat di situ selalu dalam kondisi sehat. Dan kebahagiaan batin itu, diperoleh dari kualitas interaksi sosial yang kuat. Artinya, orang-orang di tempat itu saling kenal dekat. Dalam Islam, kita mengenalnya sebagai silaturahim. Berinteraksi dan berhubungan baik dengan banyak orang.
Wallahu ‘alam, ternyata sore tadi saya juga menemukan bukti penguatnya dari buku tulisan Salim A Fillah. Seorang dokter, namanya Myriam Horsten, seorang dokter khusus kesehatan jantung dari Swedia. Bersama para koleganya, dia melakukan penelitian, mengukur dan merekam detak jantung dari 300 orang wanita sehat selama 24 jam. Demikian dilakukan selama bertahun-tahun secara periodik. Penelitian ini juga dilakukan terhadap teman-teman wanita ini. Tujuannya untuk memperoleh gambaran tentang seberapa tinggi tingkat kemarahan dan depresi mereka. Hasil dari penelitian ini disebut Horsten dan timnya sebagai ‘variabilitas detak jantung’.
Ternyata orang sehat dan berjantung kuat justru adalah mereka yang punya rentang variabilitas detk jantung yang tinggi. Bahkan rentang itu sangat lebar. Artinya, detak jantung mereka sangat variatif. Sangat jelas tergambar, bahwa orang-orang aktif dan terhubung dengan banyak manusia, yang termasuk kelompok ini. Mereka ini yang mengalami berbagai guncangan emosi: tertawa, menangis, bersemangat, marah, tegang, tersenyum dan sebagainya.
Bukannya kalau begitu justru jantung bekerja keras? Jika bekerja keras, bukankah jantung rentan terhadap sakit? Justru sebaliknya, kata Horsten. Jantung dalam kondisi semacam itu adalah jantung yang berolahraga. Jantung itu menjadi terlatih. Karena itulah ia kuat. Jantung seperti inilah jantung yang sangat sehat, tegas Horsten.
Horsten menambahkan, sebaliknya jantung orang yang kehidupannya datar-datar saja, tenteram, dan sangat kurang berinteraksi sosial akan memiliki variabilitas detak jantung yang sangat kecil. Akibatnya, jantung lemah terhadap suatu serangan. Jadi bagaimana cara menguatkan jantung kita? Gampang. Perbanyaklah hubungan dengan sesama, perkaya getar emosi dengan mereka, perbanyak lakukan hal variatif, dan cobalah tantangan-tantangan baru, demikian kata Horsten.
Jadi benarlah, selain meluaskan rezeki, silaturahim terbukti nyata memanjangkan umur, dalam maknanya yang paling lugas! Kalau hidup kita terasa begini-begini saja, temannya itu-itu juga, ayo segera berubah. Sebelum penyakit jantung datang menyerang 🙂
Demikian #ngaji malam ini. semoga bermanfaat. Selamat beristirahat. Semoga Allah meridhoi amal ibadah kita. Aamiin…