Bahkan saya tidak tahu namanya. Seorang pedagang gado-gado di dekat kosan saya. Umurnya setengah baya. Keberadaannya belum menjadi perhatian yang menarik bagi saya. Hingga pada suatu waktu, ketika saya sedang menikmati gado-gadonya saya tersipu malu.
Kerupuk yang ada di piring saya sudah habis saat itu. Saya pikir, oh ya sudah. Sudah habis kerupuknya. Selesai. Tapi, tiba-tiba beliau menawarkan kepada saya kerupuk tambahan. “Silakan Mas, ditambah kerupuknya”. Saya terkejut. Dalam hati bergumam, kalau menawarkan sekali seperti ini sih biasa. Namun, saya kembali terkejut ketika jatah kerupuk inipun habis, dia datang kembali. Menawarkan kerupuk tambahan lagi.
Sederhana. Hanya tukang gado-gado dan kerupuk. Namun, dari situlah saya belajar. Bahwa saya masih harus belajar untuk rela menawarkan kebaikan kepada orang di sekitar saya. Jangan menunggu mereka meminta. Karena ternyata saya memahami, kebaikan yang diberikan kepada kita tanpa diminta, punya kesan berbeda di hati, lebih mengena, dan mencerahkan nurani.
hahahhaha … menarik yah jon … dadi isin aq sung … mencerahkan sekali jon….
alhamdulillah. aku ya isin. lumayan nggo nampek lah 😀