Ruh-ruh adalah seperti tentara yang berbaris-baris, maka yang saling mengenal akan bersatu dan yang saling mengingkari akan berselisih [HR. Bukhari & Muslim]
Pertengahan 2011 jadi salah satu masa yang paling menegangkan bagi saya, ketika akhirnya saya memutuskan untuk melamar seorang wanita bernama Syifa Kifahi, yang sekarang sudah sah jadi istri dan ibu anak saya :D. Boleh dikatakan, saya belum begitu lama mengenalnya. Meskipun seangkatan dan dari kampus yang sama, justru saya kenal ketika sudah lulus dari kuliah, hehe. Bismillah sama sholat istikharoh. Berbekal yang saya tahu bahwa istri saya agamanya baik dan asal keluarganya dari Tegal, Sesederhana itu kah? Bukan sederhananya, yang penting prosedurnya yang bener. Dimantepin dulu sama Allah, minta petunjuk. Nikah kan nggak main-main.
Ketika resmi menjadi istri, saya semakin mengenali sifatnya. Ada seriusnya, ada galaknya, ada feminimnya, ada becandanya. Biarlah detailnya kami berdua yang menyimpannya. Gak baik mengumbar aib keluarga di depan publik 😀 Yang saya baru sadari setelah menikah, ternyata banyak sifat kami berdua yang mirip. Atau banyak hal yang lebih sering kami sepakati daripada selisihi. Dan untuk yang berbeda, kami saling melengkapi. Kalau yang satunya emosi, yang lainnya menenangkan, mengalah. Pun sebaliknya. Kemudian, saya menemukan hadits di atas yang mewakili apa yang saya rasakan. Kita akan cenderung dengan yang sama dengan kita, ketika berteman, bekerja, juga menikah.
Di tanggal lahir Bunda hari ini, Ayah mendoakan semoga Allah memberkahi sisa umur Bunda dengan kebaikan. Terima kasih ya sudah jadi partner Ayah. Semoga Allah juga membersamakan ruh-ruh kita di surga-Nya. Aamiin…