Dalam suatu obrolan random lewat telepon dengan Ibu, tiba-tiba saja saya nyeletuk, “Dulu saat anggota keluarga lengkap, kita tinggal di rumah yang kecil. Sekarang saat ibu dan bapak punya rumah yang lebih besar, malah hanya ibu bapak saja yang menempati rumahnya. Anak-anaknya sudah pada entah ke mana”.
Saat saya masih SD sampai SMA, rumah kami lebih kecil dari rumah sekarang, luasnya kira-kira setengahnya. Dengan membaiknya kondisi keuangan keluarga, alhamdulillah ketika saya kuliah masuk tahun ke dua, orang tua menjual rumah lamanya, kemudian dibelilah rumah yang ditinggali saat ini.
Satu waktu saya ingat, waktu masih kuliah pengin kerja dapat duit yang lebih banyak dari ngajar les privat, biar bisa makan lebih enak, jalan-jalan naik kereta atau pesawat. Sekarang saat kondisi kantong lebih baik dari dulu, justru waktu dan kesibukan membuat saya tidak bebas pergi ke mana-mana. Alhamdulillah untuk makanan, masih tidak ada halangan untuk makan makanan pinggir jalan, berkolesterol, dan makanan “jahat” lainnya.
Bukan. Saya tidak sedang mengajari untuk tidak mensyukuri nikmat yang gusti Allah kasih buat saya hari ini. Saya mengingatkan diri saya sendiri, bahwa belum tentu sesuatu yang saya ingini, bisa tercapai mulus. Ada harga yang, terkadang, diambil sebagai gantinya.