Berqurban ala Mas Kamil

Kalau Anda peserta LPDP, saya yakin pasti pernah mendengar nama Pak Kamil. Adapun saya, sudah mengenal beliau sejak 2004, saat saya bersama Pak Kamil tinggal di asrama UI. Kali ini, saya mau cerita tentang beliau yang mengelola hewan qurban di kampungnya, di pulau Madura.

Sekitar 2 pekan lalu, mas Kamil (saya panggil mas saja, soalnya seumuran, dan tampangnya imut kaya anak-anak, hehe pis Mil) menawarkan di grup whatsapp untuk beli hewan qurban yang dikelola oleh warga kampungnya di Madura. Awalnya saya abaikan karena ada rencana kalau nggak iuran sapi keluarga besar di Tegal, atau iuran sapi bareng di kantor. Tapi, kehendak gusti Allah, ternyata dua-duanya tidak jadi. Jadilah saya digerakkah hatinya sama gusti Allah untuk berqurban di mas Kamil.

Saya sendiri nggak paham tentang kambing dan harga yang wajar untuk seekor kambing. Kalau lihat di deket tempat tinggal di Serpong, kambing dijual antara 2,5 juta hingga 3,5 juta. Mas Kamil ini menawarkan kambingnya dengan harga 2,5 juta untuk kambing dengan berat 48 kg. Saya iyain aja. Bismillah. Pas ngobrol sama istri, istri kaget waktu tahu dengan harga segitu dapat kambing yang gede. Saya bilang, ya mungkin karena dikembangkan di Sumenep, dijual di Sumenep, jadi nggak perlu ongkos kirim. Bisa ditekan biaya transportasinya.

Setelah saya transfer uangnya, mas Kamil menjanjikan akan ada laporan sekaligus disertai foto penyembelihan hingga pengelolaan daging qurbannya. Saya iyain aja. Nggak terlalu berharap banyak karena ya sudah lillahi ta’ala. Ternyata mas Kamil luar biasa, masih konsisten seperti dulu, menepati janjinya. H-1 HP saya sudah dibombardir broadcast tentang laporan pengelolaan kambing qurban yang dikelola, langsung dari Sumenep sana. Mas Kamil standby mengawal amanah dari banyak orang dengan pulang kampung. Jempol!

Yang lebih dahsyat lagi, H-1 penyembelihan, semua kambing ditimbang ulang. Bagi kambing yang berat barunya lebih banyak dibandingkan berat awal ketika dijual, maka itu dianggap bonus bagi yang berqurban. Adapun hewan yang seteleh ditimbang baru, beratnya menurun dibandingkan berat awal ketika ditawarkan, diganti uangnya. Awalnya saya pikir bercanda. Lha, serius eh. Berat kambing saya turun 2 kg, menjadi 46 kg. Mas Kamil transfer 125.000 ke rekening saya. Masya Allah. Baru kali ini saya ketemu penjual yang mengembalikan kekurangan beratnya.

Kesimpulannya, mas Kamil ini luar biasa amanah, dan mengelola qurban dengan cara di luar kebiasaan. Dagingnya juga didistribusikan ke warga sekitar pemilik hewan qurban dengan cara didatangi satu persatu rumahnya. Biasanya kan dibagikan kupon tuh, biar diambil antre panjang. Mudah-mudahan gusti Allah berkahi amal saleh mas Kamil. Aamiin.

Perbaikan dari Tiket.com

Setelah postingan saya di sini, saya dihubungi CS Tiket.com pukul 10.59. Dia menawarkan 2 solusi terkait permasalahan saya. Solusi 1, dilakukan booking ulang tiketnya lagi oleh CSnya. Solusi 2, refund yang baru diberikan 14 hari kemudian. Saya pilih penawaran pertama. Setelah CS menanyakan detail identitas, kemudian dia melakukan pemesanan, dan saya diminta tidak menutup telepon selama 3 menit. Ternyata pemesanannya gagal.

CS meminta saya menunggu untuk dihubungi kembali. Pukul 11.26 saya ditelepon kembali. Kali ini CS berhasil memesan tiket yang saya minta. Kemudian, dia menyatakan bahwa dalam beberapa menit kemudian, saya akan menerima booking tiket lewat email. Pukul 11.34 saya menerima kode booking tiket tersebut lewat email.

Layanan CSnya sangat baik kali ini, mengusahakan tiket pesanan saya segera direspon. Saya nggak tahu, apa itu sebab saya mengirimkan link ini ke email cs[at]tiket[dot]com , atau sebab yang lain. Yang pasti, saya bersyukur sudah menerima tiket tersebut. Semoga tidak terulang lagi kejadian yang sama di tiket.com.

Tiket.com Mengecewakan

pelayanan tiket.com sudah diperbaiki, dan tulisannya sudah saya posting di siniterima kasih banyak atas perhatian rekan-rekan sekalian

Saya sedang mencoba layanan tiket.com untuk pemesanan tiket kereta api Senin 12 September 2016. Pagi tadi pukul 05.50, saya pesan dengan nomor transaksi 30364424. Kemudian, sudah saya bayar sesuai tagihannya. Ternyata, pukul 08.09 saya dapat email dengan order detail ID 34721524, bahwa transaksi saya gagal diproses. Pukul 10.20an saya menghubungi livechat tiket.com, ngobrol dengan Indarti (Support Agent), direspon bahwa pemesanan tiket.com sedang dalam perbaikan. Tidak ada kepastian waktu kapan saya harus menunggu refund dana saya, bahkan saya diminta melakukan pemesanan baru di tiket.com. Lha, wong pelayanan sebelumnya saja kacau, masa saya diminta memesan lagi di tiket.com. Absurd.

Sebagai konsumen awal yang tertarik menggunakan Tiket.com, pelayanan seperti ini membuat saya kecewa. Semoga cukup saya saja yang mengalami pelayanan buruk seperti ini.

Ngikutin Rasul

Di salah satu grup whatsapp yang saya ikuti, ada broadcast tentang amalan-amalan yang dilakukan Rasulullah. Sepintas nggak salah sih. Meneladani sunnah Rasul itu kan keharusan sebagai seorang muslim. Yang kemudian membuat saya agak gedeg, kok ya seolah-olah yang nggak ngikutin broadcast itu, dianggep bukan muslim yang bener.
Salah satu isi broadcastnya adalah sunnah makan pakai tangan sebagaimana Rasul lakukan. Ya itu kan bukan kewajiban. Sekedar anjuran saja. Nggak semua makanan bisa diambil pakai tangan. Coba makan mie rebus pakai tangan, atau makan sayur sop, lodeh, asem. Apalagi yang baru mentas. Wuih…. Tapi nggak papa juga kalau tangannya kuat.
Saya menghargai semangat berislam orang yang lagi anget-angetnya. Gabung grup whatsapp islami, dapat broadcast-an, langsung copy paste sebar ke grup lain. Mbok ya sabar dulu. Disaring dulu infonya pakai ilmu. Kok ya langsung merasa benar sendiri, menyalahkan lainnya yang nggak sependapat.
Yang ngetren masa kini juga keberanian menyalahkan ulama-ulama dulu. Modalnya cuma sepenggal kutipan dari google atau (lagi-lagi) broadcast. Kalau njenengan sudah paham bahasa arab, nahwu shorof, syair arab kuno, hadits beserta matan sanad rawinya, sekaligus jarh wa ta’dil, monggoh dikoreksi. Atau gampangnya gini, kalau level njenengan sudah sama dengan ulama-ulama yang ngistimbath hukum, silakan saja
Dulu saya memahami semua hadits shahih, apalagi yang ada tulisannya Bukhari Muslim, itu wajib hukumnya dilaksanakan. Habis sinau lagi, saya memahami bahwa takhrij hadits itu ijtihad. Meskipun ulama setelah generasi Imam Bukhari dan Muslim, mengakui bahwa kitab haditsnya beliau berdua yang nomor 2 setelah Al Quran. Maksudnya gini, kalau ada hadits dari imam hadits lain, jangan langsung ditolak. Dilihat dulu jarh wa ta’dilnya dari berbagai pandangan. Nanti dilihat juga istimbath dari para ulama fiqihnya bagaimana.
Kok kayaknya ribet bener. Sepintas iya. Tapi sebenernya nggak. Justru menarik. Karena perbedaan pemahaman itu membuat umat punya keberagaman pilihan dalam menjalankan agama ini.
Misalnya tentang bagaimana posisi telunjuk ketika tahiyat awal atau akhir. Ulama-ulama fiqih punya pandangan macam-macam. Ada yang berpendapat diam saja, ada yang digerakkan. Yang digerakkan juga berbeda. Ada yang berpendapat ketika lafaz Allah saja, ada yang berpendapat sepanjang membaca doa tahiyat itu. Umat mau pilih mana? Ya monggoh dipilih yang sreg saja. Yang bener yang mana? Ya semua ulama itu punya dalil dan pemahamannya. Wong ngaji aja makhraj huruf tajwidnya belum bener, kok ngritik ulama.
Yang menurut saya perlu kita kedepankan saat ini, adalah keisitqomahan untuk terus belajar, berbarengan dengan membuka diri untuk bertoleransi bahwa ada lebih dari satu pendapat untuk masalah agama. Ikhtilaf dalam hal furu’iyah nggak akan pernah rampung disatukan sampai kiamat. Hal-hal yang sudah disepakati/menjadi ijma’ oleh para ulama itulah yang tidak boleh diperdebatkan.
Monggoh. Sinau.