Sayup-sayup saya pernah mendengar lagu ini, mungkin di iklan televisi atau acara. Belum pernah dengar versi utuhnya. Baru ketemu. Musiknya enak. Liriknya kasih semangat.
Author Archives: akhdaafif
Sempurna Menyeluruh
Keluarga saya terdaftar sebagai pemilih di Pilkada Jakarta. Kami, saya dan istri, telah menggunakan hak pilihnya pada tengah Februari lalu. Besok, adalah hari penentuannya, siapa yang akan terpilih sebagai pemimpin Jakarta.
Kami memahami bahwa Islam yang kami jadikan jalan hidup, adalah aturan yang sempurna dan menyeluruh. Sempurna karena memang ajarannya tak ada cela. Menyeluruh karena di setiap bagian hidup, ada aturan agama yang mengatur. Mulai dari hal remeh di kamar mandi, sampai dengan urusan-urusan besar dalam bermasyarakat.
Berbekal keyakinan itulah, kami memilih tempat tinggal, memilih pendidikan yang tepat bagi anak, maksimal dalam bekerja, berumah tangga, bertenggang rasa dalam bertetangga, juga memilih siapa yang menjadi pemimpin. Islam menjadi payung besar. Adalah keliru besar jika muslim, mendefinisikan Islam terbatas di masjid dan pengajian. Pemahaman seperti ini akan menjadikan hidupnya bimbang dan keliru arah karena mengikuti pedoman yang tidak sesuai fitrahnya.
Apapun yang terjadi dalam kehidupan, termasuk gubernur DKI besok, sebatas usaha kita mengikhtiyarkan maksimal. Gusti Allah sudah menetapkannya. Yang justru harus dikhawatirkan adalah, apakah dalam setiap langkah, sikap, dan pilihan hidup yang kita ambil, mengikuti yang Gusti Allah sudah atur, atau justru bertentangan dengan itu.
Bersiap Pulang
Ini berita yang sangat mendadak di grup alumni SMA 1 Tegal 2004 malam kemarin. Salah satu sahabat kami, mbak Uswatun Hasanah, atau mbak Uus, meninggal dunia. Benar-benar tidak ada kabar sakit parah yang diopname dan sebagainya.
Saya pribadi mengenal beliau sejak SMA. Kami pernah sekelas di 3 IPA 3. Meskipun sekelas hanya setahun, saya tahu beliau banyak. Mbak Uus ini salah satu siswa berprestasi sejak kelas 1. Pada masa-masa saya masih semangat mengejar ranking, mbak Uus adalah salah satu kompetitor. Teman-teman sering meminjam PRnya sebagai contekan š Beliau juga aktif di kegiatan OSIS dan Rohis. Di berbagai kepanitiaan OSIS, saya sering menemukan nama beliau sebagai panitia.
Saya tidak paham aktivitas kampusnya karena kami berbeda kampus. Beliau melanjutkan di Undip. Yang saya ingat, beliau pernah menjadi pengurus Beasiswa Etos Undip, dan mengundang saya sebagai pemateri di salah satu acaranya. Itu tahun 2009. Dan terakhir saya tahu beliau Cuti di Luar Tanggungan Negara di PNS Pemkot Tegal, mendampingi suaminya bekerja.
Saya menyaksikan sendiri, beliau orang yang bersahaja, punya komitmen tinggi dalam da’wah Islam. Insya Allah kumpulan amal beliau bisa menjadi pemberat timbangan kebaikannya di akhirat. Semoga Allah jaga pula suami dan 2 anaknya yang masih kecil.
Peristiwa ini mengusik saya lagi, apa iya kalo sekarang saya mati, pulang ke rumah saya sebenarnya, saya sudah punya banyak bekal baik?
Jakarta (un)Fair
Saya sudah 1 tahun ini memperhatikan video dari Watchdoc. Menurut saya, videonya artistik, juga ada pesan yang disampaikan. Melalui video Jakarta (un)Fair, saya jadi paham, oh ada fakta lain tentang arogansi gusur-gusuran di Jakarta 2 tahun terakhir ini. Ada warga menunggak biaya sewa rusun, yang biayanya tak seberapa tapi mereka tetap tak mampu. Ada warga yang kehilangan mata pencahariannya. Ada nilai-nilai kebersamaan yang terkikis karena pindah ke rusun. Ada banyak hal yang tertutupi riuhnya media sosial, keberpihakan media ekstrim, dan jumudnya fanatisme publik. Selamat menyaksikan.
Seteguk Air
As Sammak, seorang ‘Alim sahabat Harun Ar Rasyid mengunjungi Sang Khalifah. Saat Harun merasa haus, dimintanyalah minuman kepada pelayan. Segelas air dingin pun dihidangkan.
Ketika dia mengangkat gelasnya untuk minum, As Sammak menahan tangannya. “Tunggu sebentar ya Amiral Mukminin”, ujarnya. “Jika seseorang atau satu hal menghalangimu dari meminum air ini di saat puncak kehausanmu dengan meminta tebusan darimu, berapa kau akan membayarnya?” “Separuh kerajaanku.” Berapa besarkah itu? Kerajaan Harun Ar Rasyid membentang dari perbatasan Gurun Gobi hingga Gurun Sahara, dari Lembah Sungai Indus hingga hulu Sungai Nil, dari Laut Hitam hingga Laut Arab. “Minumlah”, ujar As Sammak, “Semoga Allah memberkahimu.” Harun pun meneguk isi gelasnya dengan nikmat.
“Lalu jika air yang sudah kauminum ternyata tertahan dalam tubuh dan sama sekali tak dapat keluar, berapa kau akan menebusnya?” “Dengan seluruh kerajaanku”, desah Harun. “Jika separuh kerajaanmu bernilai hanya seteguk air, dan seluruh kekuasaanmu hanya senilai setumpahan kencing… Aku takjub pada orang-orang yang ingin memperebutkannya”, pungkas As Sammak.
Mendengarnya, Harun Ar Rasyid menangis tersedu-sedu.
Nggak Ngrecokin
Yang saya pahami, negeri ini dibangun dari darah dan nyawa. Mayoritasnya disumbangkan dari umat Islam. Yang menggerakkan mereka adalah fatwa, dawuh, perintah dari para kyai, ulama, orang-orang shaleh, lewat resolusi jihad, seruan syahid, pekik takbir yang menggema di setiap pertempuran.
Saya tidak mengesampingkan perjuangan pendiri negeri ini yang nonmuslim. Beliau-beliau pastilah punya andil dengan kontribusinya masing-masing, dengan harta, tenaga, pikiran, juga nyawanya.
Saya hendak menggarisbawahi bahwa pergerakan jutaan syuhada itu melalui para ulamany, bukan ansich berperang menurut maunya sendiri. Maka peran ulama bagi orang-orang awam itu sangat penting. Ulama bilang A, mereka ikut A. Kyai kasih fatwa B, ya harus B.
Kalau antar ulama, kyai ini berbeda pandangan tentang sesuatu, beliau ini akan saling berendah diri, menghormati pendapat lainnya tanpa kata-kata yang menyakitkan untuk menjaga harga diri mereka.
Saya, Anda yang level-level awam, silakan mengikuti ulama yang pas dengan style kita. Kemudian, kita contoh akhlak ulama, kyai, guru kita ini. Menjaga diri dengan tidak ikut ngrecokin pendapat orang yang mengikuti ulama yang berbeda dengan kecenderungan kita.
Simpati Saya
Turut bersimpati atas ditutupnya website ulama kami, ustadz Abdullah Gymnastiar (http://smstauhiid.com), oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Turut mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh beliau dan timnya untuk memulihkan websitenya kembali.
Gusti Allah Maha membolak-balikkan hati, semoga selalu memberikan hidayah-Nya kepada kita semua.
tambahan: alhamdulillah 4 November 2016 pukul 17.35, website tersebut sudah dapat terakses kembali
Sampai Jadi Debu
Lagi syahdu-syahdunya menikmati lagunya Banda Neira ini
sampai kita tua, sampai jadi debu. ku di liang yang satu, ku di sebelahmu
Berqurban ala Mas Kamil
Kalau Anda peserta LPDP, saya yakin pasti pernah mendengar nama Pak Kamil. Adapun saya, sudah mengenal beliau sejak 2004, saat saya bersama Pak Kamil tinggal di asrama UI. Kali ini, saya mau cerita tentang beliau yang mengelola hewan qurban di kampungnya, di pulau Madura.
Sekitar 2 pekan lalu, mas Kamil (saya panggil mas saja, soalnya seumuran, dan tampangnya imut kaya anak-anak, hehe pis Mil) menawarkan di grup whatsapp untuk beli hewan qurban yang dikelola oleh warga kampungnya di Madura. Awalnya saya abaikan karena ada rencana kalau nggak iuran sapi keluarga besar di Tegal, atau iuran sapi bareng di kantor. Tapi, kehendak gusti Allah, ternyata dua-duanya tidak jadi. Jadilah saya digerakkah hatinya sama gusti Allah untuk berqurban di mas Kamil.
Saya sendiri nggak paham tentang kambing dan harga yang wajar untuk seekor kambing. Kalau lihat di deket tempat tinggal di Serpong, kambing dijual antara 2,5 juta hingga 3,5 juta. Mas Kamil ini menawarkan kambingnya dengan harga 2,5 juta untuk kambing dengan berat 48 kg. Saya iyain aja. Bismillah. Pas ngobrol sama istri, istri kaget waktu tahu dengan harga segitu dapat kambing yang gede. Saya bilang, ya mungkin karena dikembangkan di Sumenep, dijual di Sumenep, jadi nggak perlu ongkos kirim. Bisa ditekan biaya transportasinya.
Setelah saya transfer uangnya, mas Kamil menjanjikan akan ada laporan sekaligus disertai foto penyembelihan hingga pengelolaan daging qurbannya. Saya iyain aja. Nggak terlalu berharap banyak karena ya sudah lillahi ta’ala. Ternyata mas Kamil luar biasa, masih konsisten seperti dulu, menepati janjinya. H-1 HP saya sudah dibombardir broadcast tentang laporan pengelolaan kambing qurban yang dikelola, langsung dari Sumenep sana. Mas Kamil standby mengawal amanah dari banyak orang dengan pulang kampung. Jempol!
Yang lebih dahsyat lagi, H-1 penyembelihan, semua kambing ditimbang ulang. Bagi kambing yang berat barunya lebih banyak dibandingkan berat awal ketika dijual, maka itu dianggap bonus bagi yang berqurban. Adapun hewan yang seteleh ditimbang baru, beratnya menurun dibandingkan berat awal ketika ditawarkan, diganti uangnya. Awalnya saya pikir bercanda. Lha, serius eh. Berat kambing saya turun 2 kg, menjadi 46 kg. Mas Kamil transfer 125.000 ke rekening saya. Masya Allah. Baru kali ini saya ketemu penjual yang mengembalikan kekurangan beratnya.
Kesimpulannya, mas Kamil ini luar biasa amanah, dan mengelola qurban dengan cara di luar kebiasaan. Dagingnya juga didistribusikan ke warga sekitar pemilik hewan qurban dengan cara didatangi satu persatu rumahnya. Biasanya kan dibagikan kupon tuh, biar diambil antre panjang. Mudah-mudahan gusti Allah berkahi amal saleh mas Kamil. Aamiin.
Perbaikan dari Tiket.com
Setelah postingan saya di sini, saya dihubungi CS Tiket.com pukul 10.59. Dia menawarkan 2 solusi terkait permasalahan saya. Solusi 1, dilakukan booking ulang tiketnya lagi oleh CSnya. Solusi 2, refund yang baru diberikan 14 hari kemudian. Saya pilih penawaran pertama. Setelah CS menanyakan detail identitas, kemudian dia melakukan pemesanan, dan saya diminta tidak menutup telepon selama 3 menit. Ternyata pemesanannya gagal.
CS meminta saya menunggu untuk dihubungi kembali. Pukul 11.26 saya ditelepon kembali. Kali ini CS berhasil memesan tiket yang saya minta. Kemudian, dia menyatakan bahwa dalam beberapa menit kemudian, saya akan menerima booking tiket lewat email. Pukul 11.34 saya menerima kode booking tiket tersebut lewat email.
Layanan CSnya sangat baik kali ini, mengusahakan tiket pesanan saya segera direspon. Saya nggak tahu, apa itu sebab saya mengirimkan link ini ke email cs[at]tiket[dot]com , atau sebab yang lain. Yang pasti, saya bersyukur sudah menerima tiket tersebut. Semoga tidakĀ terulang lagi kejadian yang sama di tiket.com.