Menanti Berbuka

Berpuasa bagi sebagian orang adalah penundaan sementara atas berbagai keinginan. Karena semua ingin itu akan terbayar lunas ketika azan maghrib berkumandang. Bahkan seringkali terbayar lebih.

Hidangan berbuka tak cukup satu dua macam. Tak cukup hanya teh manis. Kalau bisa, es kelapa muda, es kopyor harus terhidang. Juga menu makan malam yang harus beraneka jenisnya. Yang di hari biasa tidak ada, kalau bisa diada-adakan. Tidak biasa makan ayam, pas Ramadhan harus ada ayam.

Kerakusan ini bukan hanya pada yang terhidang. Nafsu makan pun ikut mengiringi. Karena seharian tidak makan, artinya malam ini kita harus makan sebanyak mungkin. Padahal, kata Rasul 1/3 perut itu untuk makanan, 1/3-nya untuk minuman, dan 1/3 sisanya untuk udara.

Sedangkan bagi orang fakir miskin, setiap harinya adalah puasa. Azan maghrib pada Ramadhan tidak ada bedanya dengan azan maghrib di waktu lainnya. Mereka tidak tahu harus makan apa. Pekerjaan sudah sulit. Uang yang diperoleh sedikit. Harga kebutuhan semakin melejit.

Intinya puasa adalah mengendalikan. Jika kemudian kita gagal mengendalikan, bahkan diri kita sendiri, puasa kita hanya seremoni, di mana aktivitas yang kita lakukan hanya menanti berbuka.

Maafkan Kami Ramadhan, Jika Kami Belum Banyak Berbagi

ditulis oleh Sulthan Hadi, dimuat di Tarbawi edisi 257

Ramadhan tidak hanya dikenal sebagai bulan ibadah. Ia juga simbol kedermawanan. Allah swt memperlihatkan kemurahan-Nya di dalam hari-harinya dengan limpahan rahmat-Nya, maghfirah-Nya dan pembebasan-Nya dari api neraka, dan menjadikan yang terbaik dia antara manusia, yang paling pemurah dan paling banyak berbagi. Prestasi itu kemudian disematkan kepada Raulullah saw karena kemurahannya yang berlipat-lipat ketika Ramadhan datang.

Sejatinya, Rasulullah saw memang manusia pemurah. Tak ada dirham atau makanan yang pernah menginap di rumahnya, kecuali beliau sedekahkan. Tapi Ramadhan datang kepada manusia dengan semangat, motivasi, dan pahala berbagi yang begitu besar. Maka sifat murah hati Rasulullah pun kian berlipat, sehingga berhimpunlah dua kemurahan dalam diri beliau; kemurahan Ramadhan dan kemurahan diri beliau sendiri.
Continue reading

Mencari Keberkahan

Bagi banyak orang, bukti bahwa Allah menyayanginya diartikan dengan diberikan baginya kebahagiaan dan kelebihan. Biasanya parameternya materi. Tidak salah, sebetulnya. Namun, tak sepenuhnya tepat.

Harta, jika ia dimiliki jiwa yang bersih, maka akan bermanfaat keberadaannya. Kalau kata salah seorang guru saya, salah satu tanda keberkahan orang kaya adalah ia akan membeli kendaraan yang daya muatnya banyak. Karena dengan kapasitas itu, bisa ia mengajak tetangganya atau meminjamkan untuk acara masyarakat atau syiar Islam.

Anda bisa setuju atau tidak dengan pernyataan guru saya itu. Tapi, fakta membuktikan, keberkahan justru datang dari memberi. Rezeki tak disangka, datang tiba-tiba saat derma kita perbanyak.

Kunci utamanya adalah rasa syukur. Ada dan tidaknya materi bukan jadi masalah utama. Kata Ustadz Yusuf Mansur, apapun kondisinya, doanya cuma satu: alhamdulillah.

Bulan Ramadhan sekarang bisa menjadi media pengasah kesyukuran kita. Mumpung masih awal. Semoga tidak terlambat. Insya Allah.

Mengapa Awal Ramadhan Kita Berbeda?

Berikut adalah kutipan kultwit dari Ustadz Salim A Fillah (@salimafillah) tentang bedanya penentuan masuknya bulan baru dalam kalender Hijriah. Sederhana, tapi komprehensif. Selamat menyimak!

1. Hari ini; yang lebih penting dari Jumat atau Sabtu adalah; mengilmui mengapa terjadi beda yang demikian; lalu beramal sesuai ilmu teryakini.

2. Perbedaannya mencakup banyak segi mendasar. Secara sederhana, pertama; apakah ta’rif HILAL yang termaktub dalam QS 2: 189 & berbagai hadits?
Continue reading

Salah Kaprah Ber-Ramadhan

Mau menuliskan ulang, berbagi #ngaji kemarin dari twitter saya, @akhdaafif. Semoga bermanfaat 😀

malem-malem ketemu lagi dengan #ngaji nih 🙂 semoga Allah masih kasih kita keberkahan dalam kesehatan. aamiin…

bentar lagi insya Allah masuk ke bulan Ramadhan. sudah siap beramal di dalamnya? #ngaji

nggak cuman puasa aja lho. kalo Ramadhannya masih cuma mikir puasa dari Subuh sampe Maghrib, ya sayang banget #ngaji
Continue reading

Tunduknya Orang Beriman

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik [AL HADIID: 16]
Continue reading

Penyapihan

Dan Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [AL AHQAAF: 15]
Continue reading