Suatu ketika, salah seorang teman membantah pendapat saya. Katanya, prestasi seorang mahasiswa tak harus lewat gelar juara atau penghargaan, seperti seleksi Mahasiswa Berprestasi, PKM, ataupun kompetisi yang lainnya. Yang paling penting, katanya, dia bisa jadi seorang mahasiswa yang konsisten dengan target yang telah ditetapkannya. Apapun bentuknya. Maka sebetulnya, kata teman saya ini, orang seperti ini sudah layak disebut berprestasi.
Hingga pada lain waktu, saya mengetahui bahwa dia telah menjadi salah satu pemenang di kompetisi yang skalanya tak besar. Ia bangga bukan main. Berulang kali dia ceritakan tentang kemenangannya itu. Hadiahnya tak cukup besar, tapi dia senang karena dia populer. Orang-orang telah mengenalnya karena prestasinya itu. Bahkan, akhirnya saya tahu bahwa dia sekarang malah getol ikut kompetisi yang lainnya.