Catatan dari Kaiserslautern: Jalan-Jalan di Jerman

Salah satu hal yang saya nikmati dari tinggal di Kaiserslautern atau Jerman adalah nyaman dan terjangkaunya transportasi umum. Di TU Kaiserslautern, tempat saya kuliah, ada fasilitas tiket semester yang terintegrasi dengan kartu mahasiswa. Hanya dengan menunjukkan kartu mahasiswa, saya bisa gratis naik semua bus lokal di Kaiserslautern. Bahkan tidak hanya di Kaiserslautern saja, kartu mahasiswa bisa membawa saya bertualang gratis hingga ke Heidelberg, Mannheim, Ludwigshafen, Zweibrucken, hingga Wurzburg di Bayern. Ya namanya juga paket mahasiswa, yang bisa gratis ya transportasi bus dan kereta lokal, tidak termasuk ICE (kereta super cepatnya Jerman).

Rahasianya ada di penyelenggara transportasi publik di Rheinland-Pfalz, salah satu negara bagian di Jerman tempat saya tinggal. Namanya VRN (Verkehrsverbund Rhein-Neckar). Daerah yang dikelolanya adalah Baden-Württemberg, Rhineland-Pfalz dan Hesse di barat daya Jerman. Saya sertakan petanya supaya ada gambaran area yang bisa dijangkau gratis oleh kartu mahasiswa yang saya miliki:

vrn area

Lumayan luas kan? Nah, yang saya tahu, area gratis ini tergantung dari kebijakan kerjasama masing-masing kampus. Detailnya saya kurang memahami. Intinya sih, mahasiswa yang kampusnya beda, bisa jadi beda area yang bisa gratis dikunjungi dengan bus dan kereta.

Selain fasilitas kartu mahasiswa untuk transportasi gratis, Jerman juga sangat ramah bagi mereka yang senang jalan-jalan. Ada fasilitas Schönes-Wochenende-Ticket (Happy Weekend Ticket), yaitu tiket akhir pekan di Sabtu atau Minggu untuk jalan-jalan di seluruh area Jerman. Tiket ini harganya 44 euro. Maksimal berlaku untuk 5 orang. Semua kereta dan bus lokal bisa kita gunakan. Kalau dihitung-hitung, setiap orang hanya bayar 8,8 euro. Terjangkau kan?

Tiket ini juga yang kami gunakan untuk jalan-jalan pengajian pekan lalu ke Aachen. Kami berangkat dari Kaiserslautern pukul 05.21 dan sampai kembali sekitar pukul 23.30. Untuk perjalanan di kereta saja bolak-balik perlu waktu 11-12 jam. Nikmat betul lah perjalanan sejauh itu ditempuh dalam satu hari. Belum lagi, medan jalannya ke Dreiländer Punkt (perbatasan tiga negara: Jerman, Belanda, Belgia) luar biasa, menanjak ketika berangkat, menurun ketika pulang, disertai hujan deras saat perjalanan.

Jalan-jalan di Jerman tidak selalu mahal. Dengan sering mencari informasi, kita bisa mendapatkan jalan-jalan murah, bahkan gratis. Kalau infrastruktur di Indonesia sudah baik, banyak kereta lokal, dan dibangun jalur-jalur yang menjangkau banyak daerah, akibatnya tiap akhir pekan banyak orang bisa jalan-jalan di sekitar daerah tinggalnya. Ekonomi daerah mungkin juga bisa lebih hidup dari sektor pariwisata. Mudah-mudahan harapan ini ke depan bisa diwujudkan.

Catatan dari Kaiserslautern: Ke Trier

Pada Sabtu, 8 Maret lalu kembali saya mengikuti kegiatan jalan-jalan yang diadakan kampus. Kali ini lokasi tujuannya adalah kota Trier. Kalau dilihat dari peta, lokasi kota ini ada di barat daya Jerman, dekat dengan Luxemburg dan Perancis. Seperti biasa, kami berkumpul di stasiun Kaiserslautern. Untuk menghemat biaya bus, saya berjalan kaki dari apartemen. Tiket bus lumayan mahal, 2 Euro sekali naik. Kalau pindah bus, ya harus bayar lagi. Tapi nanti kalau saya sudah memperoleh kartu mahasiswa, naik bus gratis di area Kaiserslautern sekitarnya. Kami naik kereta pukul 9. Dari papan informasi stasiun, waktu tempuh ke Trier adalah 2 jam. Aktivitas di kereta saya isi dengan tidur selama 1 jam. Baru duduk langsung pulas. Istilahnya pelor, nempel langsung molor 😀 Karena pagi tadi saya terbangun lebih awal dan tidak bisa tidur lagi. Akhirnya beberes kamar dan masak buat sarapan sekaligus bekal perjalanan.

Dari stasiun Trier, kami berjalan kaki ke lokasinya. Nggak lama, cuma 10 menit lah. Kami langsung disambut gerbang kuno buatan Romawi bernama Porta Nigra. Dulu sewaktu Romawi berkuasa, Trier pernah dijadikan sebagai ibukotanya. Ada 4 gerbang yang dibangun di sekeliling kota. Tiga lainnya sudah hancur, tinggal Porta Nigra yang utuh dan orisinal. Salah satu penyebabnya adalah warga yang hidup setelah Romawi tumbang yang mengambil puing-puing gerbang tersebut untuk dijadikan bahan rumah dan sebagainya. Mengapa Porta Nigra tidak ikut diambili puing-puing bangunannya oleh warga? Dulu Porta Nigra selain difungsikan sebagai gerbang, juga digunakan sebagai gereja. Karena itulah, masyarakat sekitar tidak berani membongkarnya. Selain itu, Trier pernah dibombardir tentara sekutu saat Perang Dunia. Kata pemandu wisatanya, semua bangunan hancur kecuali Porta Nigra. Sekelilingnya sudah roboh dan berkeping-keping. Akibat serangan itulah yang menyebabkan warna batu pada gerbang Porta Nigra saat ini menjadi hitam, yaitu bekas kepulan asap. Bisa dibayangkan sehancur apa Trier saat itu.

Setelah melewati Porta Nigra, pemandu wisatanya membawa kami menyusuri pusat keramaian. Dia menyebutnya pasar. Mungkin karena banyak toko dan keramaian orang di situ. Jadi pembeli kedai makanan di situ, disediakan kursi di jalanan terbuka. Mereka makan, minum bir atau anggur sambil menikmati kehangatan matahari. Trier tak sedingin Kaiserslautern. Saat kami ke situ, matahari cerah sekali. Wajarlah jalanan terlihat ramai oleh orang. Matahari memang menjadi barang langka di belahan bumi utara atau selatan. Menurut pemandu wisata, kota akan lebih ramai lagi kalau musim panas tiba. Wisatawan dari Luxemburg dan Perancis berbondong-bondong ke Trier.

Trier pernah melahirkan salah satu tokoh dunia yang masih dikagumi sampai saat ini. Namanya Karl Marx. Ada yang belum tahu? Googling aja 😀 Kemudian, kami diajak berkeliling. Ada beberapa peninggalan Romawi yang masih ada. Sebagian lainnya sudah direhabilitasi. Ada patung-patung dan gereja tua. Bagi yang tidak mau pegal berjalan, bisa menggunakan mobil seperti kereta-keretaan. Detail gambarnya dapat dilihat di album foto ini. Tidak lama kami diajak berkeliling, hanya 2 jam. Setelah itu, kami makan siang. Kami baru menuju ke stasiun pukul 3 sore. Ternyata tidak ada kereta langsung ke Kaiserslautern. Kami harus naik kereta ke Saarbrucken, transit di situ. Perjalanan kereta menempuh waktu 1 jam. Seperti biasa, saya langsung tertidur 😀 Kereta ke Kaiserslautern baru ada jam 6 sore. Kami pun menunggu 1 jam, dan dipersilakan pimpinan rombongan keluar stasiun. Ternyata kota ini lebih ramai dari Kaiserslautern. Di depan stasiun langsung ada mall. Baru kali ini saya melihat mall di Jerman 😀 Karena bingung mau apa, saya pun menemani teman dari India yang mau cari sepatu bola di mall itu. Ada kaos bola di toko itu. Saya pun melihat harganya. Wow, satu kaos bola orisinal bisa lebih dari 80 Euro ternyata. Alamak!

Jam 6 kami berkumpul lagi di stasiun Saarbrucken. Kereta pun tiba. Kami bergegas masuk. Kali ini saya tidak tidur di kereta 😀 Niatnya ingin menikmati perjalanan petang dari kereta. Senjanya indah. Sayang saya tidak sempat memotretnya. Jam 7 kami sampai di stasiun Kaiserslautern. Kami pun kembali ke apartemen masing-masing. Di tulisan berikutnya, akan saya ceritakan pengalaman Sabtu ini di acara kumpulnya orang Indonesia yang tinggal di Kaiserslautern. Terima kasih sudah menyimak 😀