Pengalaman Buruk di RS Hermina Serpong

Melalui tulisan ini, saya bermaksud menyampaikan pengalaman buruk saya selama dirawat di RS Hermina Serpong.

Jadi saya pada hari Minggu, 17 Juli 2016 pada pukul 10.30 di rumah mengalami mual. Awalnya saya kira mual biasa. Habis muntah pertama, berlanjut ke muntah berikutnya hingga dua puluhan kali muntah. Ditambah dengan diare hingga 6 kali. Di rumah, sempat diobati dengan minum obat anti mual, tapi begitu obat masuk, tidak sampe 5 menit dimuntahkan lagi. Begitu juga ketika minum, juga tidak lama ikut dimuntahkan.

Melihat kondisi saya yang sudah sangat lemas, istri segera bertindak dengan membawa saya ke RS terdekat dari rumah, yaitu RS Hermina Serpong. Di IGD, penanganannya tidak sigap. Dokter jaga dan perawatnya terlalu santai. Padahal, cuma ada satu pasien lain selain saya. Dan itupun tidak lama dia pun selesai ditangani.

Setelah diinterogasi dokter, saya diberikan obat antimual melalui injeksi. Karena perut kosong, habis dikuras melalui muntah dan diare, badan saya lebih sensitif terhadap dingin. Sempat minta selimut, tapi tidak diberi karena tidak ada selimut di ruang IGD. Ketika istri tanya, apa bisa dicover BPJS karena kondisi saya seperti itu, dibilang dokter jaganya tidak bisa. Alasannya, diarenya harus lebih dari 20 kali baru bisa dicover BPJS. Wuih, ngeri juga ya. Sehari diare 6 kali aja udah kosong.

Ya sudahlah, dengan kondisi saya yang sangat-sangat lemas, kami terima konsekuensinya dengan membayar biaya RS sepenuhnya dari kantung sendiri. Kemudian saya harus menunggu lama untuk bisa masuk ke kamar kelas 1 yang kami pesan. Baru jam 3 kami bisa masuk. Itupun kondisi kamarnya sangat jauh dari standar kamar kelas 1. AC rusak (tidak bisa nyala), shower kamar mandi mati, airnya mengandung besi/berwarna kekuning-kuningan (tidak layak pakai).

Pihak IGD menjanjikan saya bisa dapat makan siang meskipun saya masuk jam 3. Ternyata, bagian pantry-nya bilang, saya nggak bisa dapat makan siang karena sudah lewat jam makan siang. Waduh, nggak konsisten ini. Atas desakan istri, pantrynya mengusahakan saya bisa dapat makan siang. Ternyata, dia bohong. Makanan yang diantarkan ke kamar baru bisa jam 5 sorean. Ya itu namanya makan malam berarti.

Kekecewaan kami berlanjut Senin malam ketika infus saya habis. Ketika dilaporkan ke perawat jaga, ternyata perawat jaganya sibuk ada operasi. Kami ditelantarkan cukup lama sampai akhirnya perawat itu kembali lagi mengganti infus saya. Bagi kami, RS tidak mampu menyediakan sumber daya untuk penanganan medisnya.

Kemudian, hari Selasa pukul 9.45 saya pencet tombol di kamar, meminta perawat jaga untuk minta rekam medis saya. Saya diabaikan sampai setengah jam. Padahal kondisi pasien di lantai kamar saya tidak terlalu ramai. Juga jarak ruang perawat jaga dengan kamar saya hanya 10 meter saja. Kemudian saya pencet lagi tombol, dan dibalas lewat speaker oleh perawat jaganya. Dia bilang ada yang perlu dibantu. Lha, gimana. Tadi kan saya minta rekam medis. Dijawab untuk menunggu. Saya tunggu sampai 10 menit, kemudian perawat jaganya datang membawa dokumen.

Setelah saya tanyakan beberapa hal, saya minta untuk pulang. Perawatnya bilang akan segera mengurus kepulangan. 10 menit tidak ada respon, saya bermaksud memencet tombol mengundang perawat. Eh, ternyata tombolnya error. Entah disabotase oleh perawat jaga karena saya terlalu sering memencet tombol tersebut selama sejam terakhir. Karena per Selasa pagi, istri sudah meninggalkan rumah sakit karena mau menemani anak masuk hari pertama playgroupnya. Langsung saya bergegas ke ruang perawat jaga sendirian, dengan badan yang masih terpasang infus. Saya duduk di depan perawatnya, bilang saya minta pulang atas pernyataan sendiri saat ini juga. Saya tungguin di kursi depannya sampai seluruhnya selesai setengah jam kemudian. Kalau nggak saya tungguin, mungkin permohonan pulang saya nggak akan diurus-urus.

Ketika saya mau melunasi pembayaran sekitar 11.30, saya kaget karena saya ditagih 3 hari menginap di kamar. Saya terus komplain ke kasir. Kan saya checkout sebelum jam 12, harusnya dihitung 2 hari saja karena masuk Minggu pukul 14.00. Kemudian disodorkanlah aturan biaya inap di RS Serpong terbaru per 8 Juli 2016 berikut

Waduh, kejam betul aturan inapnya. Saya diharuskan bayar 3 hari rawat inap dari saya masuk Minggu, 17 Juli 2016 pukul 14.00 dan keluar Selasa, 19 Juli 2016 pukul 11.30. Kacau! Jadi kalo hari Selasa ini saya keluar kamar jam 7 malam, saya harus bayar 3,5 hari inap. Kacau betul cari uangnya! Normalnya, ya saya hanya dibebankan untuk membayar sejumlah 2 hari rawat inap.

Padahal, sebagai perbandingan, di RS lain ketika rawat DBD anak saya, ketika pulang sebelum jam 12 siang, saya tidak perlu membayar 1 hari inap lagi. Baru RS Hermina yang saya tahu aturannya mencekik konsumen seperti ini.

Tulisan ini saya kirimkan ke YLKI juga selaku lembaga perlindungan konsumen, untuk dijadikan sebagai perhatian juga. Jika memang kebijakan RS Hermina merugikan konsumen, tentu pihak YLKI dapat memberikan teguran, atau peringatan kepada RS terkait.

Dengan pengalaman ini, keluarga kami sepakat untuk tidak merekomendasikan RS Hermina sebagai tempat layanan kesehatan bagi keluarga kami. Cukup sekali ini saja karena kedaruratan kondisi saya saat itu memilih RS Hermina untuk terakhir kalinya. Dengan fasilitas yang jauh dari standar, pelayanan yang tidak sigap, biaya yang tidak masuk akal, sudah lebih dari cukup untuk memastikan RS Hermina Serpong tidak kami pilih kembali.