Catatan dari Kaiserslautern: Ke Heidelberg

Seperti yang saya janjikan di tulisan sebelumnya, di tulisan ini saya akan menceritakan jalan-jalan saya ke Heidelberg. Kegiatan ini masih satu rangkaian dengan program orientasi kami. Tiap tengah atau akhir pekan ada tempat tertentu yang akan kami kunjungi. Jalan-jalannya sendiri diadakan pada hari Minggu, 1 Maret 2014. Kami diminta berkumpul di stasiun kereta Kaiserslautern (Kaiserslautern Bahnhof) pukul 8 pagi. Karena hari Minggu, tidak ada bus dari apartemen ke stasiun sebelum jam 8. Di jadwal yang saya lihat, bus terawal datang hampir pukul 9. Setelah bertanya ke teman-teman dari Indonesia, saya disarankan berjalan kaki ke stasiun, kurang lebih 30 menit dari apartemen, paling nggak 7.15 harus sudah jalan.

Alhamdulillah, saya bisa bangun lebih awal dari biasanya. Sebagai perbekalan, malam sebelumnya sudah buat nasi lebih banyak buat pagi dan siang. Sebetulnya hari Jumat sudah masak opor ayam, diniatkan buat bekal ke Heidelberg. Tapi karena perut lapar, Sabtu malam sudah habis disikat 😀 Akhirnya sebagai bekal, saya goreng nugget ayam. Jam 8 kurang saya sudah sampai di stasiun. Terlihat sudah banyak teman yang datang. Di salah satu ujung stasiun, ada beberapa anak muda yang sedang mabuk. Dari perspektif saya, mabuknya mereka ‘lebih sopan’ dari pemabuk di Indonesia. Hanya bercanda sendiri, naik turun tangga nggak jelas, tidak mengganggu orang lain. Malah ketika polisi datang, mereka malah bercanda dengan polisi. Dan polisinya ngladenin! 😀

Kami berangkat naik kereta sekitar pukul 08.40an. Keretanya hampir mirip KRL, nggak terlalu besar. Mungkin karena Minggu, penumpangnya tidak banyak. Perjalanannya sekitar 1,5 jam. Karena lama, saya sempat tertidur, hehe. Sekitar 10.15 kami tiba di stasiun Heidelberg. Stasiunnya lebih besar dibandingkan di Kaiserslautern. Dari stasiun kami berjalan sekitar 20 menit ke tempat wisatanya. Setiba di lokasi, kami harus menunggu pemandu wisatanya sampai pukul 11. Rencananya, wisata akan berlangsung selama 3 jam. Jadi, saya memutuskan makan siang dulu. Perut juga sudah lapar karena sedikit sarapan dan udara yang dingin. Setelah pukul 11, wisata pun dimulai. Grup dibagi dua yaitu grup dengan pemandu berbahasa Jerman dan berbahasa Inggris. Mayoritas dari kami memilih pemandu berbahasa Inggris pastinya 😀

Perjalanan wisata dimulai dari kampus tua Heidelberg. Gedungnya memang terlihat sudah lama, tetapi masih kokoh. Ada penjara mahasiswa di situ. Dulu digunakan untuk mahasiswa-mahasiswa nakal yang dihukum kampus. Sekarang sudah tidak diaktifkan lagi. Kami juga sempat mampir ke museum Friedrich Erbert. Beliau adalah presiden pertama Jerman dan dilahirkan di Heidelberg. Kemudian, perjalanan dilanjutkan ke sungai Neckar. Ada jembatan cukup panjang di situ. Pemandangan sungai dan istana terlihat bagus dari jembatan. Setelah puas berfoto-foto, kami menuju kastil yang ada di bukit. Untuk menuju ke sana, kami naik semacam kereta. Tapi jalurnya sangat pendek, hanya 2 menit perjalanan. Tujuannya memang mempermudah mencapai kastil. Jika ditempuh lewat jalan kaki, juga bisa, hanya jalurnya lumayan menanjak.

Di atas, kami melihat sebagian kota Heidelberg yang indah. Kilau pantulan cahaya matahari di sungai menambah keindahannya. Istananya cukup luas. Kami tidak hanya berkeliling, tetapi juga mendengarkan penjelasan dari pemandu wisatanya. Karena cuaca dingin yang membuat otot kaki pegal-pegal, saya tidak bisa berkonsentrasi penuh pada apa yang disampaikan pemandu wisata. Paling tidak ada beberapa gambar yang sempat saya ambil dan dapat dilihat di sini. Pukul 2 siang, wisata selesai. Kami dibebaskan makan siang atau pulang. Kereta langsung ke Kaiserslautern baru tersedia pukul 15.35. Sebagian besar rombongan sepakat langsung pulang. Kami pun menuju ke stasiun. Sambil menunggu kereta, kami makan bekal yang tersisa di tas, dan ngobrol santai. Pukul 17.25 saya tiba di apartemen dengan badan kedinginan dan pegal-pegal, khususnya kaki. Wisata pertama di Jerman, lelah dan menyenangkan. Semoga teman-teman juga dapat berkesempatan berwisata di sini. Aamiin…

Catatan dari Kaiserslautern: Hari-hari Awal

OK, di tulisan ini saya akan melanjutkan cerita sebelumnya tentang awal-awal kehadiran saya di kota baru ini. Jadi, setelah masuk ke kamar dan beristirahat, pembongkaran barang bawaan hampir 35 kilo ini pun dimulai, hehe. Sesuai dengan pesan dari istri dan orang tua, lebih baik berberat-berat bawaan dibandingkan baru cari-cari barang di tempat tujuan. Selain belum bisa dipastikan gampang memperoleh dan tersedia barangnya, selisih harganya tentu lumayan dibandingkan harga di Indonesia. Sebagai suami, anak dan menantu yang baik, saya tentu mematuhi saran ini 😀

Di dalam koper tiga barang yang paling signifikan beratnya: rice cooker, pemanas air, dan panggangan “Happy Call”. Bener-bener berjuang bawa itu koper dari bandara sampai kamar asrama. Dan nggak sia-sia ternyata karena ketiga barang itu langsung dipakai pertama kali sampai di sini. Hari-hari pertama saya makan makanan instan yang dibawa. Ada bubur ayam instan. Rasanya aneh sih. Tapi daripada saya terkapar, mau nggak mau saya makan juga 😀 Diselingi sama indomie juga. Cuma nggak sering-sering. Buat jaga-jaga juga jika kondisi darurat tidak ada makanan lagi. Intinya, saya cukup berhemat untuk makan ini.

Di belakang apartemen memang ada supermarket. Tapi saya belum ada referensi barang-barang apa saja yang halal dibeli. Saya harus tanya dulu ke temen-temen dari Indonesia yang sudah sampai di sini. Di sinilah masalahnya. Akses internet di apartemen sulit saya peroleh. Koneksi wireless yang ada diproteksi oleh masing-masing pemiliknya. Yang saya denger sih bisa sharing, kita ikut iuran untuk bayar koneksi internet per bulannya. Saya pun mencoba mengetok tetangga sebelah, dan hasilnya ternyata mereka menolak untuk berbagi. Alasannya koneksinya sudah penuh. Jadilah hari-hari awal tanpa koneksi internet. Alhamdulillah masih ada pulsa di hp jadi bisa kasih kabar ke keluarga. Mahal sih. Tapi kan karena penting, mau nggak mau harus dilakukan 🙂

Baru hari ketiga saya bisa ketemu dengan teman dari Indonesia, dan ternyata satu gedung! Yassalaam! Itupun saya menggunakan internet dari kampus untuk mengirimkan email kepada teman saya ini. Alhamdulillah, banyak dibantu sama teman untuk informasi, khususnya tentang beli beras. Maklum, perut saya perut warteg. Belum kenyang kalau belum ada nasi 😀 Baru hari keempat saya bisa makan nasi lagi. Alhamdulillah ya Allah 😀 Saya juga ditunjukkan apa yang bisa dibeli dan dimakan di supermarket terdekat. Kemudian, pada akhir pekan saya dibawa ke toko Asia dan Turki di tengah kota untuk membeli SIM Card, daging ayam dan sapi halal.

Hari-hari awal ada banyak kegiatan administrasi yang harus dilakukan. Setiap mahasiswa harus buka akun bank di sini. Karena semua transaksi hampir otomatis dari bank, misalnya bayar apartemen. Setiap bulannya didebit otomatis dari rekening kita. Selain itu juga mengurus penandatanganan kontrak sewa apartemen, pendaftaran ke pemerintah kota, pembayaran asuransi, perpanjang visa. Alhamdulillah semuanya dibantu oleh staf kampus karena semua dokumen berbahasa Jerman, dan saya nggak ngerti apa-apa 😀

Selain berhadapan dengan berbagai dokumen, kegiatan awal diisi dengan kursus bahasa Jerman. Saya tergabung di kelas pemula, A1.1. Pengalaman pertama belajar bahasa Jerman. Asik juga belajar hal baru. Meskipun melelahkan karena setiap hari, tapi cara pengajarannya interaktif. Relatif tidak membosankan. Nanti kita tunggu hasilnya tengah April. Mudah-mudahan tidak mengecewakan, hehe. Di sela-sela kuliah bahasa, ada jadwal tengah atau akhir pekan ke beberapa lokasi wisata. Hari minggu kemarin kami ke Heidelberg. Insya Allah saya tuliskan di catatan berikutnya ya 😀