Lemari Baju

Lemari baju di rumah saya ternyata sudah penuh isinya. Tiap hari saya buka, tapi baru kali ini menyadarinya. Mau tak mau, saya pun menyelidiki isi tumpukan itu.

Mengambil helai demi helai, membangkitkan kembali memori saya. Baju batik ini saya beli di sana. Kaos ini adalah oleh-oleh dari kota itu. Kaos yang ini suvenir dari ikut pelatihan.

Dan banyak dari stok di lemari itu yang ternyata sangat jarang saya pakai. Kenyataannya, hanya baju dan celana itu itu saja yang sering saya gunakan. Akhirnya segera saya kemasi isi lemari yang sudah jarang dipakai itu. Dengan memberikannya kepada orang lain, mungkin akan jauh berguna, lebih bermanfaat untuk dikenakan.

Melihat perilaku itu, saya berpikir, tabiat saya ini kok cenderung rakus ya. Perlu hanya beberapa helai baju, tapi serakah menumpuknya. Bahkan akhirnya menyiakannya.

Saya juga prihatin dengan kedermawanan saya. Ternyata masih artifisial, masih rendah mutunya. Berbagi kalau sudah tak memerlukannya lagi. Padahal, kualitas berbagi yang tinggi diperoleh kalau memberikan yang terbaik. Bukan yang sisa.

Berarti puasa yang sudah saya jalani bertahun-tahun ini bisa jadi tidak memberikan pengaruh apa-apa. Saya tidak bisa mengendalikan diri. Bahkan untuk hal-hal yang sepele, hanya urusan baju. Belum urusan masyarakat, ekonomi, budaya, pendidikan, masa depan bangsa dan negara.

Leave a comment